BOJONEGORO – Kelangkaan dan mahalnya harga gas LPG 3 kilogram terjadi di salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Hal itu, mengakibatkan sebagian warga masyarakat merasa tidak nyaman.
Kabar yang diperoleh awak media ini, kelangkaan dan mahalnya gas elpiji 3 kg tersebut, terjadi sejak pertengahan bulan Ramadhan atau sekira akhir bulan Maret 2024 hingga saat ini.
Awak media kabarpasti.com, yang berada di lokasi, juga memastikan, bahwa warga di sekitar Desa Ngasinan, Kecamatan Padangan, merasa sangat resah karena kesulitan membeli atau mendapatkan gas elpiji 3 kg.
“Gas elpiji di sini sulit didapat, harganya pun mahal,” ujar seorang pedagang kopi kotok sembari menggerutu.
Syafi’i (39) warga Desa Ngasinan, kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro ini merasa cemas bahkan tidka nyaman, karena aktivitas mencari nafkah benar-benar mengandalkan gas elpiji.
Ia mengaku, gas elpiji baginya sangat dibutuhkan, sebab selain untuk keperluan rumah tangga, juga untuk berjualan di warung kopi. “Kalau tidak ada gas elpiji, bagaimana saya bisa melayani pembeli. Sedangkan jualan saya wedang kopi, jahe, dan teh”.
“Kalau gas elpiji harganya naik sedikit mungkin tidak masalah, sejak pertengahan bulan puasa kemarin selain mahal barangnya juga tidak ada,” ujar Syafi’i.
Dirinya menyebutkan, di sekitar wilayah desanya ini, terdapat delapan toko kecil yang biasanya menjual gas elpiji 3 kg. Namun, hampir setengah bulan ini barangnya sulit dan harganya bisa mencapai Rp. 25.000.
Syafi’i berharap agar kondisi tersebut segera mendapatkan perhatian khususnya pemerintah kabupaten, sehingga warga masyarakat tidak lagi kesulitan.
Sementara itu, terpisah Karyani (48) seorang ibu rumah tangga warga RT 12 Desa Ngasinan, Kecamatan Padangan, juga mengungkapkan terkait sulitnya mencari gas elpiji kemasan 3 kg.
“Selain harganya mahal, gas elpiji di sekitar sini sangat sulit didapatkan, tidak tahu ada apa sebenarnya,” ungkap Karyani kepada awak media ini, Rabu(17/4/2024).
Hal yang sama juga dikatakan Karyani, bahwa kelangkaan elpiji kemasan 3 kg di desanya ini terjadi sejak pertengahan bulan puasa ramadhan. “Sampai sekarang masih sulit dan harganya terus naik. Kadang-kadang kami ini merasa, harga naik tidak masalah asalkan barangnya ada”.
“Sebab, yang terjadi sekarang ini, harganya terus naik, tapi barangnya tidak ada,” tambahnya.
“Kami sebagai warga masyarakat kecil, minta tolong kepada seluruh pihak khususnya pemerintah kabupaten Bojonegoro, agar segera memberikan solusi terhadap kelangkaan serta naiknya harga elpiji,” pungkas Karyani. (Cipt/red)