BOJONEGORO – Pagi ini puluhan peserta seleksi Perangkat Desa Kalirejo, Kecamatan Bojonegoro mendatangi Komisi A-DPRD Bojonegoro. Mereka kecewa dan menginginkan adanya transparansi hasil pelaksanaan seleksi yang menggandeng pihak ketiga dari Universitas Airlangga Surabaya pada Kamis 15 Oktober 2020 lalu. Menyampaikan 20 proses pelaksanaan yang dianggap tak transparan, mereka berharap ada kejelasan mekanisme dan proses yang fair dari hasil seleksi Perangkat Desa ini.
Lasmiran, Ketua Komisi A yang membuka dialog pagi ini berharap apa yang menjadi keinginan peserta dapat dipecahkan bersama oleh stakeholder terkait.
“Agar semuanya jelas sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari, bahkan merambat ke desa lain, ini akan jadi bahan pertimbangan instansi terkait dalam pengambilan keputusan nanti” harap Ketua Komisi A.
Nurlila salah satu yang mewakili Eks Peserta seleksi menyampaikan 20 point proses seleksi yang dianggap tidak transparan dan dipertanyakan.
“Kita hanya ingin Bapak-bapak yang ada disini tahu apa yang terbaik bagi semua, bukan melakukan tuntutan, apa yang sudah terjadi itu transparan?,” tanyanya.
Menurut Eks Peserta ini, mulai keterlambatan pihak ketiga, molornya waktu, ketidaksiapan pihak ketiga, pihak ketiga yang tak memahami aplikasi, proses seleksi, penentuan waktu, hingga lembar hasil test yang tanpa legalitas disampaikan dengan jelas dan gamblang dianggap tak transparan dan diduga terjadi kecurangan-kecurangan. Dirinya menganggap apa yang dilakukan pihak ketiga sama sekali tidak berdasar, mencari alasan dan mengada-ada.
Sementara Mahmudin selaku Kepala DPMD Bojonegoro yang juga ke lokasi pelaksanaan menyampaikan bahwa ada ketidaksamaan infrastruktur jaringan komputer yang digunakan.
“Untuk sampai ke ranah teknis kita akan klarifikasi dengan pihak panitia,” tutur Mahmudin.
Seperti berita sebelumnya, proses ujian yang menggandeng Universitas Airlangga Surabaya berlangsung penuh kontroversi, mulai pelaksanaan ujian berbasis Computer Assisted Test (CAT) yang molor hingga setengah hari karena kendala teknis ketidaksesuaian aplikasi komputer jaringan, pengurangan jumlah materi soal dari 100 tinggal 50 soal, kendala server yang byar-pet bahkan komputer yang sering mati hingga ada nilai peserta yang tak terrecord dalam sistem. Bahkan ada pengulangan test yang tak dilakukan oleh peserta karena sudah mengaku kecewa.(cipt)