BOJONEGORO – Program Keluarga Harapan telah berjalan lebih dari satu dasawarsa. Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program ini. Kabarnya program perlindungan sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan, terutama masalah kemiskinan kronis.
Hari ini, banyak warga riuh membicarakan bermacam bantuan yang digelontorkan oleh pemerintah dari berbagai sumber karena mewabahnya pandemi Covid-19. Karena mulai dari pemerintah pusat hingga desa fokus pada penanganan imbas pandemi. Ada program reguler yang dipercepat penyalurannya seperti PKH dan BPNT, Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga program temporer seperti Bantuan Sosial Tunai (BST) Kemensos dan berbagai bantuan sembako dari tingkat propinsi dan kabupaten.
Berbagai reaksi pro dan kontrapun muncul di tengah masyarakat menyikapi soal penyalurannya kepada warga, ada yang bahagia ada juga yang mencerca karena menganggap bantuan yang diberikan tak sesuai sasaran.
Berita Terkait : https://kabarpasti.com/di-bojonegoro-bst-kemensos-mulai-didistribusikan/
Dari kondisi tersebut, ada yang menarik dari warga yang satu ini, dirinya justru enggan menerima bantuan yang banyak dibicarakan warga ini. Namanya Suyoto (42, tahun) salah satu warga RT/RW 14/3 Desa Sumberagung, Kecamatan Kepohbaru, Bojonegoro yang datang ke balai desa setempat menemui Kepala Desa untuk meminta mundur dari program bantuan PKH yang selama ini diterima.
“Saya sudah merasa mampu dan tidak pantas lagi menerima PKH, kulo mundur mawon kersane ati kulo ayem tentrem,” ujarnya kepada kepada Kades.
Suyoto mengaku dirinya adalah keluarga penerima manfaat dari program PKH sejak 5 tahun terakhir. Tapi karena merasa kondisi ekonominya berubah dan tak pantas lagi menerima bantuan ini akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari program dibawah Kemensos ini.
Berita Terkait : https://kabarpasti.com/4-201-rumah-keluarga-penerima-manfaat-pkh-kepohbaru-ditempel-stiker/
Sementara itu Kades Sumberagung, Rifa’i, S.Sos mengaku bersyukur karena ada warga yang atas kesadarannya datang kepadanya dan menyatakan mengundurkan diri dari program PKH.
“Alhamdulillah, ini benar-benar kejadian langka, sejak saya menjabat Kades baru kali ini ada yang seperti ini, ini pelajaran berharga bagi kita semua, bantuan itu bukan soal dapat atau tidak, tetapi tentang kita berhak menerima itu atau tidak,” tegas
Rifa’i.
Kades ini terus mendorong dan mendoakan agar apa yang dilakukan Mas Suyoto bisa menginspirasi masyarakat lain, bagi yang merasa sudah tidak pantas lagi menerima bantuan untuk sadar diri seperti apa yang dilakukan Suyoto. (Shint/Cipt)