Oleh : Nico Ainul Yakin*)
IBARAT dua sisi mata uang, Surya Paloh dan Partai NasDem adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sejarahnya dapat dirunut saat tokoh Aceh ini keluar dari Partai Golkar dan bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mendirikan Ormas Nasional Demokrat, yang kemudian berubah wujud menjadi partai politik, di tahun 2011.
Tulisan ini merupakan respon penulis yang sejak awal menjadi bagian dari Ormas Nasional Demokrat di Jawa Timur terhadap Partai NasDem yang akan menggelar kongres II yang dirangkai dengan Peringatan HUT ke-8 pada 8-11 November 2019 di Jakarta.
Ada yang menarik dari sosok Surya Paloh tentang perjalanan dan dinamika kepemimpinannya di Partai NasDem.
Pertama, terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum untuk pertama kalinya pada Kongres I di Jakarta, pada 25-26 Januari 2013 merupakan buah dari perjuangan yang tidak ringan. Kondisi NasDem yang saat itu masih rentan – “terbelah” menjadi dua poros, setelah ada sosok baru yang masuk belakangan berambisi merebut posisi puncak di partai ini. Namun, sosok baru itu gagal memenuhi ambisinya, karena mayoritas peserta Kongres I solid mendukung Surya Paloh. Setelah gagal merebut top leader di NasDem, ia kemudian menjadi pemimpin partai baru, tetapi kandas karena partai yang dipimpinnya itu tak lolos parliamentary threshold.
Sejak Surya Paloh ditetapkan menjadi Ketua Umum Partai NasDem pada Kongres I di Jakarta, maka sejak itu “NasDem samadengan Surya Paloh” atau sebaliknya “Surya Paloh samadengan NasDem”. Dengan kata lain, akhirnya Surya Paloh menjadi institusi tersendiri di partai yang dipimpinnya.
Kedua, meskipun menjadi insitusi tersendiri di partai yang dipimpinnya, Surya Paloh tidak bertindak otoriter, tetapi tetap mengedepankan aturan main (rule of the game) dalam berpartai, sekaligus memberikan ruang yang lebar bagi kader-kadernya di NasDem untuk beraktualisasi diri dalam dimensi yang tak terbatas, bebas tapi harus bertanggung-jawab.
Ketiga, untuk menjaga stabilitas partai NasDem, Surya Paloh tidak pernah berhenti membangkitkan semangat berpartai bagi kader-kader NasDem di semua level kepemimpinan, agar lebih matang berorganisasi, solid dan professional dalam mengelola partai. Ia tidak hanya berwacana dengan retorika-retorika politik yang abstrak, tetapi turun langsung ke bawah untuk memastikan mesin partai berjalan dengan baik.
Keempat, Surya Paloh telah meletakkan dasar-dasar politik yang cerdas, visioner dan bermartabat dengan garis politik ber-tagline “Gerakan Perubahan-Restorasi Indonesia”, yang kemudian menjadi branding politik yang khas NasDem dan tidak dimiliki oleh partai-partai lain. Pada sisi lain, Surya Paloh juga telah meletakkan dasar-dasar politik etik untuk menjawab fenomena politik transaksional yang dibarter dengan kekuasaan. Politik Tanpa Mahar dan Tanpa Syarat adalah jawaban yang diberikan NasDem untuk mengeleminir terjadinya stigma negative terhadap partai politik. Branding dan politik etik yang ditawarkan ini sangat membantu kader dan politisi NasDem dalam menentukan positioning yang tepat di tengah-tengah masyarakat.
Kelima, selama satu periode kepemimpinannya, Surya Paloh berhasil mendinamisir partai dan mengkonsolidir pengurusnya di semua tingkatan untuk bersatu dan bejuang bersama-sama menuju kemenangan. Sukses Partai NasDem dapat dilihat dari capaian politik yang diraih di Pemilu 2019 yang lalu, dengan perolehan kursi yang maksimal. Total perolehan kursi Partai NasDem di Pemilu 2019 sebanyak 1.873 kursi, terdiri dari 59 kursi DPRRI; 185 DPRD Provinsi; dan 1.629 DPRD Kabupaten/Kota. Capaian politik Partai NasDem melampaui perolehan partai yang berdiri jauh sebelumnya, seperti PKB, Demokrat, PKS, PAN, dan PPP.
Dengan membaca sejarah perjalanan dan dinamika Partai NasDem dan Surya Paloh penulis melihat sebuah pencapaian spiritualitas tertinggi dalam politik, yakni menyatunya seorang tokoh dengan partai politik yang didirikannya. Melebur menjadi satu bagian yang tak terpisahkan, dan menyerahkan seluruh hidupnya secara total untuk kebesaran partainya.
Dengan tanpa menafikan keberadaan tokoh-tokoh NasDem lainnya, untuk saat ini Surya Paloh adalah satu-satunya tokoh NasDem yang paripurna ke-NasDeman-nya. Karenanya, dalam kongres II Partai NasDem, hanya Surya Paloh yang layak memimpin kembali Partai NasDem.
*)Penulis adalah mantan aktivis dan budayawan