BOJONEGORO – Tanaman Girut banyak ditemukan di kawasan hutan Bojonegoro. Seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Ngasem mendulang rejeki dari olahan girut. Bahkan hasil produksinya kini tembus pasar internasional.
Girut merupakan tanaman bawah tegakan hutan dan menjadi incaran untuk diversifikasi pangan. Girut juga bisa diolah menjadi beberapa jenis kue kering dan makanan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi.
Tanaman yang biasa dipanen di musim kemarau (sekitar bulan Juni – Agustus) ini, selain bisa dikonsumsi langsung dengan cara direbus, umbinya juga bisa diolah menjadi tepung, produk setengah jadi maupun produk jadi.
Salah satu olahan tanaman ini adalah Emping Girut yang mempunyai cita rasa khas dan lebih aman bagi kesehatan dibandingkan dengan Emping Melinjo.
Hal inilah yang dilakukan Ana Nurhayati dalam memanfaatkan peluang dari hasil Girut yang melimpah di daerah Bojonegoro, apalagi 40 persen wilayah Bojonegoro terdiri dari kawasan hutan.
Ana Nurhayati bercerita, dirinya mulai memproduksi olahan Girut ini dari tahun 2010 untuk diolah menjadi keripik Girut yang diberinya label “Raflesia Emping Girut”.
“Awal-awal produksi buat sendiri, namun dengan berjalannya waktu dan proses marketing kesana kemari, alhamdulillah saat ini ada 4 orang karyawan yang membantu untuk produksi olahan girut ini,” ceritanya.
Setiap hari dirinya dapat memproduksi kurang lebih 30 kg, di mana setiap 5 kg bahan baku Girut menjadi 1 kg Emping Girut kering. Jadi tiap satu hari dapat 6 kg emping girut kering.
“Setiap bulan, kami mampu memproduksi 1-5 kwintal Girut, namun jika masa panen tiba, kami menyetok bahan baku Girut hingga 1,5 ton yang kami peroleh dari petani langsung dan bekerja sama dengan pihak Perhutani,” ujar Ana, sapaan akrabnya.
Selain itu, produk setengah jadi dari Girut bisa berupa tepung maupun patinya juga dapat diolah dan mempunyai manfaat luar biasa bagi kesehatan.
“Tepungnya bisa dijadikan bahan untuk kue, bahkan dijadikan pengganti nasi karena kandungan karbohidratnya tinggi,” katanya.
Untuk pemasaran sendiri, Emping Girut sudah merambah ke toko modern dan swalayan. Bahkan sudah mulai merambah ke luar negeri seperti Jepang, Korea dan Singapura.
Emping Girut olahan Bu Ana ini disamping rasanya yang nikmat harganya juga sangat terjangkau, mulai dari harga Rp 5.000 sampai Rp 100.000.
“Alhamdulillah, dengan hasil olahan Girut yang saya geluti ini dapat menghasilkan keuntungan Rp 25 juta perbulannya sehingga dapat menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Bagi masyarakat yang penasaran dengan rasa olahan girut Bu Ana Nurhayati dapat datang langsung ke rumah Desa/Kecamatan Ngasem RT 2 RW 1 atau kontak langsung dinomor 085257396451 atau berkunjung di akun Instagram @ana_nur_hayati atau @raflesia74. (*/red)