BOJONEGORO – Kuliner khas Bojonegoro yang menjadi idola sebagian pemudik di saat merayakan libur Hari Raya Idul Fitri, salah satunya yakni srabeh dan ketan. Pemandangan tersebut nampak dihampir seluruh pedagang yang menjajakan srabeh.
Setelah satu bulan (baca: selama ramadhan) tidak berjualan, di musim liburan hari raya idul fitri seperti ini para pedagang srabeh mendapatkan berkah yang melimpah. Hal itu dirasakan Dwi (38) warga Kelurahan Banjarejo, Kec/Kab. Bojonegoro, Jawa Timur.
Kepada kabarpasti.com, diungkapkan bahwa setelah libur selama satu bulan, dirinya memulai berjualan srabeh pada hari raya idul fitri ke- 2. Seperti tahun-tahun sebelumnya, meski di tahun 2022 ini masih di masa pandemi Covid-19, ia bersama keluarga tetap berjualan dan percaya diri.
“Alhamdulillah, sejak kami mulai berjualan di hari kedua lebaran sudah langsung ramai pembeli,” katanya.
Sambil sibuk melayani, Dwi menuturkan bahwa pembeli yang ingin merasakan srabeh khas buatannya, tak hanya pelanggan yang setiap hari datang, namun sepertinya juga berasal dari berbagai daerah. Terbukti banyak yang menikmati srabeh dengan saling bercerita bersama teman dan sahabatnya.

“Untuk kualitas maupun kapasitas srabeh yang saya jual masih tetap sama, tidak ada yang ditambahi maupun dikurangi,” ujarnya.
Disela-sela kesibukannya juga menyampaikan, bahwa selama berjualan srabeh dirinya sudah berpindah tempat hingga 5 kali. Kendati harus berpindah-pindah tempat, Dwi masih tetap semangat mengais rejeki guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
“Saya berjualan srabeh, ketan serta kopi dan jahe hanya di pagi hari. Dikarenakan kena penertiban dari pihak pemkab, sehingga semenjak saya berjualan sampai saat ini sudah berpindah tempat sebanyak lima kali,” tandasnya.
Semoga Pemkab Bojonegoro, segera memberikan perhatian secara khusus dan peduli terhadap para pedagang kaki lima (baca: PKL) khususnya yang berjualan hanya sebentar atay di pagi hari. “Yang terpenting mematuhi aturan dan menjaga kebersihan,” imbuhnya.
Sementara itu, seorang pemudik, Anton (40) warga Klangon, yang saat ini menetap di Kalimantan, mengatakan beberapa tahun terakhir ia bersama keluarganya tidak mudik. Dikarenakan, adanya larangan pemerintah guna pencegahan Covid-19.
“Sudah 4 tahun baru mudik dan bisa bertemu keluarga di Bojonegoro, namun seringkali saya pengin pulang kalau di medsos ada postingan srabeh, baru kali ini keturutan, alhamdulillah, lega rasanya,” pungkasnya.(Redaksi)