BOJONEGORO – Bermula dari tiga desa yakni Tandingoro, Ngitik dan Karang meleburlah menjadi satu desa bernama Tanjungharjo. Kala itu, 93 tahun lalu, seorang tokoh bernama Mbah Ngali (Mbah Ali) yang menyatukan desa ini menjadi satu desa dengan harapan menjadikan kesatuan, keanekaragaman budaya mereka menuju kemakmuran bersama dari berbagai karakter yang mereka miliki.
Untuk terus menjunjung tinggi kearifan lokal dan budaya setempat, hari ini kegiatan sedekah bumi sebagai bentuk syukur terhadap kesehatan hingga rejeki bumi di lakukan oleh warga Dusun Tandingoro, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (19/9/2020).
Suyono sebagai Kepala Desa Tanjungharjo menyampaikan bahwa kegiatan ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena masih dalam kondisi pandemi.
“Terimakasih atas semangat dan semua bantuan sehingga Sedekah Bumi di Makam Nyai Retno Dumilah ini bisa terealisasi,, apalagi infrastruktur dan jalan masuk makam sudah baik,” tutur Suyono.
Suyono mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk spirit kearifan lokal warganya yang terus dilestarikan meski masih dalam masa pandemi. Segala perjuangan para leluhur dan Nyai Retno Dumilah untuk membuat desa menjadi lebih baik harus diteruskan, do’a senantiasa perlu kita panjatkan bagi pendahulu kita agar semua warga tetap mendapatkan barokahnya. Pihaknya mengingatkan agar protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 terus dilakukan dalam kegiatan apapun.
“Teruslah memakai masker dalam berinteraksi sosial, sebagai usaha untuk mencegah penularan pandemi,” ajak Kades dua periode ini.
Kades Suyono juga memohon maaf kepada semua warga karena sesuai hasil Musyawarah Desa kegiatan Langen Tayub malam hari ditiadakan. Seperti diketahui, mengaji dan do’a bersama telah dilakukan warga Tandingoro mulai pagi ini di Makam Nyai Retno Dumilah dan siang ini tasyakuran juga pagelaran wayang kulit digelar.(cipt)