TUBAN – Semenjak Covid-19 ditetapkan berstatus pandemi, ada banyak sektor ekonomi domestik dan global yang terpengaruhi. Dampak paling dirasakan terjadi pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Berbicara sektor UMKM yang terpengaruh oleh pandemi Covid-19, Bank Indonesia melaporkan bahwa UMKM eksportir paling banyak terpengaruh, yakni sekitar 95,4% dari total eksportir. UMKM yang bergerak dalam sektor kerajinan dan pendukung pariwisata terpengaruh hingga 89,9%. Sementara sektor yang paling kecil terimbas pandemi adalah sektor pertanian yang hanya sekitar 41,5%.
Achmad Sofan Djamil, Wakil Ketua UKM IKM Propinsi Jawa Timur mengatakan bahwa banyak UKM kebingungan soal produk yang memiliki nilai keunggulan dan punya potensi ekspor.
“Banyak juga UKM bingung negara tujuan untuk bisa melakukan ekspor. Bahkan, banyak UKM khawatir apakah mereka memiliki potensi yang sama kuatnya dengan usaha besar untuk ekspor. Apalagi, kontribusi ekspor UKM kita baru sekitar 14%,” jelas Supriyanto, dalam silaturahmi bersama Madu Jonegoroan, Selasa (14/9/2021).
Begitupun Suprayitno, Wakil Bidang Pertanian dan Peternakan UKM IKM Nusantara yang mengakui jika potensi UKM ekspor sebenarnya cukup besar, tetapi banyak UKM belum memahami bagaimana melihat potensi ekspor.
“Memahami potensi ekspor bisa kita lakukan dengan melihat pola transaksi perdagangan ekspor negara kita,” terangnya.
Pihaknya menuturkan, Perhimpunan UKM IKM Nusantara siap memperkuat pelaku usaha di pedesaan terutama kalangan UKM maupun IKM serta mensukseskan program pemerintah yakni penguatan ekonomi kecil daerah melalui UKM-IKM yang mampu merespons perubahan zaman.
Sementara itu, Wahyu Setiawan, Owner Madu Jonegoroan menyebut ada peluang besar produknya untuk bisa melakukan ekspor.
“Peluang Madu Jonegoroan untuk ekspor tentu punya pangsa luas, dengan silaturahmi ini kita akan mencoba akses pengembangan menuju ekspor,” ungkap Wahyu Setiawan optimis. (shint/red)