BOJONEGORO – Kawasan Perlindungan Sungai Watu Jonggol melintas di hutan Desa Ngorogunung, Bubulan, Bojonegoro kondisinya terlihat gersang dan gundul. Berangkat dari situlah, Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonojoyo Lancing Kusumo, desa setempat menanaminya dengan 1500 Alpukat, Minggu (19/6/2022).
“Kami merasa prihatin melihat hutan di desa-desa di wilayah Bubulan, khususnya di desa kami, Ngorogunung ini. Karena hutan gundul, setiap hujan pasti terjadi banjir bandang,” kata Widodo, Ketua KTH Wonojoyo Lancing Kusumo.
Menurut Widodo, sudah ada sekitar 8 hektare wilayah KPS Watu Jonggol ini ditanami pohon buah Alpokat. Tidak hanya pohon Alpukat saja yang sudah ditanam, tetapi ada juga pohon Pete.
“Tujuan kami, agar kawasan ini segera hijau kembali dan tidak ada lagi bencana alam seperti banjir bandang,” ujarnya.
Widodo mengatakan jika kelompok taninya kini terus melakukan gerakan penanaman pohon petik non-tebang. Gerakan tanam pohon ini akan terus dilakukan di kawasan hutan gundul yang membahayakan kehidupan masyarakat hutan.
“Jadi aneh jika ada yang menuduh kami melakukan pembalakan liar, penebangan kayu secara liar. Kami masyarakat hutan, tahu siapa yang menebangi kayu di hutan wilayah ini, ibaratnya pagar makan tanamanlah,” ungkap pria ini.
Secara terpisah, Alham M. Ubey, Sekretaris Umum Lembaga Swadaya Masyarakat Pemberdayaan Kinerja Peduli Aset Negara (LSM PK-PAN) Bojonegoro menyambut baik kegiatan menanam yang dilakukan kelompok dampingannya.
“Sudah seharusnya petani hutan yang sudah memanfaatkan hutan itu dengan menanam pohon, untuk menghijaukan kawasan hutan yang rusak,” kata Alham.
Seperti diketahui, LSM PK-PAN sangat komitmen mengawal gerakan Perhutanan sosial yang menjadi program Nawa Cita Presiden Jokowi. Pada sosialisasi dengan kelompok tani hutan pihaknya selalu menyampaikan agar tidak melakukan penebangan hutan, justru terus mendorong penanaman pohon, terutama pohon petik non-tebang.
Tak hanya KTH Wonojoyo Lanching Kusumo saja yang akan dan telah menanam pohon di kawasan perlindungan sungai, namun kelompok tani hutan lainnya juga melakukan kegiatan yang sama.
“Kami yakin, Program Perhutanam Sosial di Bojonegoro khususnya akan membawa hutan hijau kembali dan masyarakat hutan mampu hidup sejahtera, karena itulah esensi dan tujuan perhutanan sosial,” tandas eks jurnalis ini. (why/red).