BOJONEGORO – Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Muhammadiyah Bojonegoro menggelar peningkatan kapasitas pendidik dan guru bertajuk “Apa Sepatutnya Diperjuangkan Dalam Pendidikan?” melalui virtual zoom, Minggu (28/2/2021).
Menghadirkan Dr. Suyoto sebagai nara sumber utama, kegiatan nampak antusias diikuti oleh ratusan guru pendidik Muhammadiyah diwilayah Bojonegoro.
Mengawali pembicaraan, Kang Yoto menyitir ucapan Kiai Ahmad Dahlan dalam hal perkembangan keilmuan.
“Setiap manusia itu rusak, kecuali mereka yang berilmu “alimun”. Setiap yang berilmu akan mengalami kebingungan “wajalin” kecuali yang mengamalkan ilmunya “amilun”. Dan setiap yang beramal akan mengalami kebimbangan “yatakhaiyarun”, kecuali yang ihlas “muhlisun”,” ungkap mantan Bupati Bojonegoro ini.
Menurutnya, apa yang disampaikan K. Ahmad Dahlan ini memberikan pelajaran kepada para pendidik di lingkup Muhammadiyah agar senantiasa meng-upgrade ilmu ditengah perkembangan zaman yang kian mengalami kemajuan tak terbendung.
“Ini masa “hiper connectivity”, ibarat HP, casing kita bagus, namun isinya tidak update,” sambungnya.
Guru harus menyiapkan anak didiknya menghadapi zaman. Ketika berada dimasa big data, kita tidak bisa mengajari anak didik seperti awal “era berburu” atau era kedua bercocok tanam “agriculture” atau di era ketiga “undustrialisasi”, menjadi pemburu, petani atau karyawan di salah satu industri, melainkan harus mengajari anak didik untuk bisa “survive” dengan kemampuan dirinya dan tidak senantiasa menggantungkan orang lain.
Kang Yoto membenarkan, jika Ahmad Dahlan menyebut ilmu itu gerakan “kakinya”. Maka menyiapkan anak didik sedini mungkin menghadapi kegagalan adalah metode menjadikannya tetap hidup.
“Guru harus mengajari anak didik untuk mampu berkolaborasi dan membangun kemitraan, pandai berinteraksi, creative generative, menyatukan head, hand and heart agar menjadi sosok wealth and happines,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua MPK Muhamadiyah Bojonegoro M. Yazid Mar’i dalam membuka Upgrade Perkaderan Gelombang 8 menyampaikan ungkapan Kholifah Ali bin Abi Thalib.
“Didiklah anakmu pada zamannya, karena ia hidup bukan pada zamanmu,” tutur Yazid Mar’i.
Pernyataan ini menurutnya sudah cara langsung mengharuskan guru untuk mampu mendidik anak dalam menghadapi hidup dizamannya kelak dikemudian hari. Mengupgrade diri bagi guru adalah keharusan mutlak agar mampu menjadi teladan bagi berkembangnya kemampuan kognitif, psikomotorik (skill) dan afektif (sikap) yang kemudian disebut dengan “al samilun ‘alimun” atau memiliki pemahaman sempurna tentang ilmu, artinya mengetahui, mengamalkan, dan ihlas berbagi kebaikan dan kebahagiaan. (cipt)