Kabar Pasti
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
Kabar Pasti
No Result
View All Result
Home Kolom

Pendidikan dalam Peradaban Robotik dan Artificial Intelegence

Thursday, 19 January 2023 - 11: 00
Pendidikan dalam Peradaban Robotik dan Artificial Intelegence

Robotic

Oleh: Arin Khoirul Hidayah*)

REVOLUSI industry 4.0 membawa manusia dalam ranah yang luar biasa. Kreatifitas manusia yang sangat menakjubkan. Sesuai hakikat manusia secara filosofi atau berdasar ilmu filsafat dimana manusia diberi kelebihan dibanding makhluk lain yaitu akal. Manusia ingin mempertahankan kehidupannya di alam semesta.  Berbagai cara dilakukan demi  kelangsungan hidup lebih lama.

Kehidupan manusia dimulai dari zaman batu, dimana manusia masih berpikir primitif. Jumlah manusia masih sedikit, mengandalkan akal untuk mempertahankan hidup dengan melawan hewan buas. Saat itu manusia belum mampu mengolah alam semesta ini, karena pola pikir manusia masih sangat rendah.

Baca Juga

Analisis Singkat Polemik Pasar Kota Bojonegoro, Kesimpulannya Mengejutkan!

Musyda Muhammadiyah ke-10, PC IMM Bojonegoro Rekomendasikan 5 Syarat Pemimpin Ideal

Kemudian berkembang ke zaman perunggu. Dimulailah yang namanya gadget yang terbuat dari leburan perunggu menandai dimulainya society 1.0 yaitu manusia sudah mulai hidup menetap bukan nomaden lagi.

Kehidupan mulai berkembang setelah ditemukannya mesin uap pada tahun 1800-an. Mulainya era revolusi pertama karena manusia sudah tak hanya bercocok tanam dan bertani, tetapi sudah beralih ke industry. Manusia lebih efektif dan efisien memanfaatkan industry dan dimulainya kehidupan society 2.0 dimana kehidupan manusia sudah berkembang mencapai keemasan, sudah lebih maju dan gaya hidup manusia berubah.

Awal 1900-an ditemukannya tenaga listrik menjadikan era saat itu berubah menjadi revolusi 2.0, efisiensi produksi jelas jauh lebih meningkat dan melahirkan revolusi industry 2.0. Karena adanya listrik, maka tidak butuh waktu lama berubah menjadi revolusi 3.0. Sejak ditemukannya computer pada tahun 1970-an kehidupan manusia menjadi digitalisasi, berubahnya gaya hidup manusia melahirkan society 4.0. dimana hampir kebutuhan manusia tergantung teknologi.

Tidak butuh waktu lama kemudian berubah menjadi teknologi revolusi 4.0 seiring lahirnya internet yang mencetuskan internet of things kemudian menjadi big data.

Saat ini tahun 2000-an kita berada pada era society 4.0 dan revolusi 4.0 secara serentak. Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan manusia pada masa mendatang atau masa depan kita. Manusia sekarang dituntut bagaimana bertahan dan berkembang karena manusia sudah dikuasai oleh kombinasi era sebelumnya yaitu listrik, tenaga uap, mesin, computer, internet dan bigdata.

Akhir-akhir ini kita juga mendengar munculnya Artificial Intelegence (AI) dan robotic untuk menyongsong revolusi industry selanjutnya. Dimana sebagian pekerjaan manusia akan diambil alih oleh AI dan robotik. Robot yang dulu hanya sekedar angan dan wacana impian di film-film kini menjadai nyata. Robot yang diciptakan dimasa depan kemungkinan menjadi mandor manusia.

Pada era revolusi kedua, tenaga listrik dan mesin sudah mengambil alih otot manusia, dan computer juga otomasi industry pada revolusi ketiga telah menguasai otak kiri manusia dan tidak mungkin kedepan keberadaan AI akan mengambil alih pekerjaan kemampuan otak kanan manusia. Namun itu belumlah seberapa, karena sebentar lagi kita akan dihadapkan era robotic dimana hampir semua pekerjaan manusia dapat diambil alih oleh robot. Tahun 2013 – 2017 saja produksi robot berkembang sangat pesat, sedang pada 2018 -2021 bertambah 100 persen, sehingga harga robot kini juga semakin murah.

Jika awal produksi harganya 25 ribu USA, maka saat ini hanya 10 ribu USA. Robot mampu mengambil alih pekerjaan manusia jauh lebih menguntungkan. Dibanding manusia jauh lebih efektif dan karena robot tidak menuntut banyak seperti manusia. Tidak ada uang lembur, tidak menuntut jaminan kesehatan dan tunjangan Hari Raya, bahkan robot mampu dipekerjakan selama 24 jam nonstop dan tidak ada lagi istilah human eror.

Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak pekerjaan manusia yang digantikan robot dan akan banyak menciptakan pengangguran baru. Banyak kaum buruh yang pekerjaannya akan digantikan robot. Bayangkan bagaimana jika hal ini terjadi di Indonesia ? Negara Indonesia yang SDM-nya beraneka macam maka kemungkinan demo grab atau gojek online akan terjadi. Tetapi setiap negara mempunyai peraturan masing-masing soal robot ini. Satu-satunya yang mencegah perkembangan robot adalah peraturan.

Jika saat ini manusia sudah dikuasai oleh system bukan tidak mungkin para robot akan menjadi mandor manusia yang mana manusia penuh dengan kesalahan. Perkembangan pemanfaatan robot jika di Negara-negara maju akan berkembang dengan pesat. Pekerjaan driver akan digantikan ole robot yaitu mobil akan melaju dibawah kendali sistem robot. Pekerjaan kurir juga akan dihandle oleh robot. Sebuah toko tidak lagi menggunakan kasir dan pelayan / penjaga toko. Kita cukup masuk toko ambil barang yang kita inginkan, selesai kemudian meninggalkan toko maka pembayaran akan muncul pada tagihan kartu kredit kita. Selanjutnya profesi guru, penyiar berita, operator dan akuntan pun akan digantikan oleh robot. Hal ini menjadi sebuah paradigm baru dan akan menjadi masalah besar bagi Negara berkembang, sebagai contoh Indonesia. Orang Indonesia dengan keterbatasan SDm maka tidak mustahil jika menjadikan hal yang menakutkan. Maka manusia dengan SDM rendah akan tidak diketahui bagaimana nanti nasibnya. Maka manusia harus mawas diri sebelum terlambat.

Bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi era seperti ini agar kita bisa bertahan bahkan mampu berkembang? Manusia harus mengasah skill mereka agar tidak kalah dengan robot. Dengan adanya akal pikiran manusia yang bisa digantikan oleh robot maka ada satu sisi manusia yang tidak bisa digantikan, yaitu sisi humanisme. Humanisme ini tidak dimiliki oleh robot.

Humanisme atau rasa kemanusiaan ini hanya dimiliki manusia. Contohnya adalah simpati dan empati. Hal ini pernah disampaiakan Kepala Pusat kurikulum dan pembelajaran Kemendikbud, bahwa menteri Nadiem Makarim merencanakan memasukkan keterampilan Computational Thingking dan Compassion ke dalam kurikulum sekolah. Tujuannya untuk meningkatkan literasi digital (melek digital) para sisiwa di Indonesia. Dengan melek digital yang memadai diharapkan mereka akan lebih siap masuk ke pasar tenaga kerja global.

Dalam blognya George Veletsianos Ph.D melontarkan gagasannya tentang compassion (welas asih) dalam konteks pembelajaran digital yang hangat dibicarakan secara international. Meskipun hingga saat ini belum ada penjelasan resmi yang dipublikasikan untuk umum. Compassion artinya akan masuk kurikulum , yang menurut menteri Nadiem bukan mengajarkan materi welas asih kepada siswa, tetapi berkaitan dengan How to embed compassion in our (and students) in our teaching, in our learning design processes, in the technologies that we create in the research methods that we use.

Bagaiamana menanamkan rasa belas kasian kepada kita termasuk siswa anak didik kita dalam pembelajaran, rancangan proses pembelajaran, dan dalam metode teknologi yang kita cipta dan gunakan. Kalimat ini memberikan penjelasan bahwa kita sebagai pendidik dapat menanamkan rasa empati kita kepada sesama, adanya transformasi teknologi manusia dituntut untuk bisa bertahan dan berkembang, maka jiwa  empati semakin mengikis. Rasa ini sejak zaman nenek moyang merupakan salah satu ciri orang Indonesia, namun seiring berkembangnya zaman semakin sedikit orang yang mempunyai rasa empati.

Maka hal ini akan diintegrasikan dalam kurikulum. Hal ini agar menjadi manusia yang mempunyai daya saing atau mempunyai nilai lebih. Rasa empati dan simpati atau sisi emosi manusia ini tidak dimiliki oleh robot. Era transformasi digital menuntut manusia untuk lebih berkreasi dan mempunyai ciri atau sisi yang unik dibanding manusia yang lain. Karena hadirnya robot dan AI yang dapat menggantikan apapun yang dikerjakan oleh manusia. Pada masa transisi ini masih ada beberapa pekerjaan yang akan mampu bertahan yang tidak akan ditransformasi oleh teknologi dimasa transisi dan masa yang akan datang pada revolusi 4 ini, diantaranya adalah :

  1. Pekerjaan yang berhubungan dengan critical thingking yaitu kemampuan untuk berpikir kritis dan analisis maupun problem solving yaitu menuntut untuk mampu berinisiatif tinggi dan hanya dipikirkan oleh daya kreasi manusia, misalnya programmer, politikus, dan analis. Pekerjaan ini menuntut manusia untuk lebih kritis dan mampu memecahkan masalah. Karena pekerjaan yang berhubungan dengan angja atau ilmu pasti robot sudah tidak diragukan lagi. Yang pasti dia lebih dari segalanya dibanding manusia. Dalam menganalisis suatu masalah ada satu sisi robot yang tidak bisa dilakukan, karena cara pandang robot dan manusia tidak sama.
  2. Collaboration yaitu kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja sama dan saling bersinergi untuk sebuah kepentingan.termasuk memanage orang, contoh manager, HRD dan pemimpin. Robot tidak bisa melakukan people management. Hal ini mampu dilakukan manusia karena manusia mampu untuk beradaptasi dan bekerja sama. Tuntutan manusia untuk tidak egois pada era transformasi digital agar mampu survive. Jika manusia hanya mengandalkan kemampuan tanpa melihat sekitar maka manusia pun akan digilas zaman. Karena jika hanya mengandalkan otak saja robot mampu bahkan lebih dari manusia. Sehingga saat era transformasi manusia dituntut untuk lebih mengasah rasa empati dan simpatinya kepada manusia lain. Robot tidak mampu bekerja sama dan memanagement orang.
  3. Communication yaitu skill berkomunikasi yang mengedepankan sisi emosional dan simpati. Hal ini tidak dapat digantikan oleh sebuah program maupun robot. Contoh sales marketing, public relation, dan pengacara. Manusia dituntut untuk lebih komunikatif yang juga harus punya rasa simpati dan empati. Jika hanya sekedar komunikasi tanpa adanya simpati robot mampu mengerjakannya. Pekerjaaan sales management tidak mampu dikerjakan oleh robot, karena robot tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan rasa empati. Hanya manusia yang memiliki rasa empati dan simpati dalam berkomunikasi inilah yang akan mampu bertahan dalam era digital informasi.
  4. Creativity  yaitu daya cipta kreasi manusia dan imajinasi. Hal ini menuntut manusia memiliki hal unik dan berbeda dari yang lain. Contoh intertrainer, conten creator, dan musisi. Manusia dituntut untuk lebih mengasah kreatifitasnya dan berimajinasi. Pekerjaaan yang berhubungan dengan daya cipta, kreatifitas dan imajinasi akan lebih berpotensi untuk bertahan karena tidak mampu dilakukan oleh robot.

Empat pekerjaan berdasarkan 4C diatas setidaknya akan mampu bertahan dan masih relevan dengan era komputerisasi digital dan otomatisasi. Karena pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan otot, perhitungan dan repetitive sepenuhnya akan digantikan oleh system dan mesin.

Revolusi selanjutnya akan dimulai pada tahun 2030an dimana manusia masih mencapai proses kemapanan, dan era robotic masih sebuah awal peradaban selanjutnya. Maka mulai sekarang manusia sudah harus menyiapkan skill dengan mengasah otak kita agar leboh kritis dalam memecahkan masalah. Mampu berkomunikasi dengan mengedepankan sisi kemanusiaannya atau humanism, mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan orang lain tanpa membawa egoismenya sebagai manusia paling, dan mampu menjadi manusia yang mempunyai daya cipta kreasi dan imajinasi yang lebih dari manusia lain. Dengan kemampuan kemampuan tadi manusia mampu survive dan berkembang di era yang akan dating. Karena era ini akan datang lebih cepat. Pada tahun 2021 ini kita sudah masuk era revolusy 4.0 yang datangnya bersama dengan era society 4.0.

Karena bersama-sama inilah maka tuntutan zaman kita manusia sudah bukan menggunakan kekuatan otot dan hanya otak saja dalam melakukan pekerjaan maupun hidup. Supaya manusia tidak digantikan oleh robot maka manusia dituntut untuk lebih dari yang tidak mampu dikerjakan dan dimiliki oleh robot. Pada awal tahun 2030an nanti akan dimulai revolusi industry berikutnya, yaitu kehadiran Artificial Integence (AI).

Bukan hanya dalam film terminator tetapi adanya AI dan robot inilah yang akan memulai peradaban baru. AI yang diciptakan manusia tidak mustahil
Pemikiran seorang ahli cardiolog bernama Eric Topol dalam bukunya dibidang kesehatan yang berjudul Deep Medicine : How Artificial Intelegence Can Make Healthcare Human Again menuliskan bahwa dalam dunia digital Artificial Integence (AI) telah mentransformasi bagaimana manusia mencari informasi, bagaimana manusia berbelanja, bagaimana manusia berhubungan dengan yang lain.

Namun secara komparatif digitalisasi di dunia medis tersebut hanya kurang berdampak pada perawatan kesehatan. Rekam medic elektronik, system pembayaran elektronik, pengembangan teknologi canggih untuk menangani pasien, dan sebagainya justru membuat perawatan kesehatan menjadi kurang manusiawi. Kemudian terdapat pertanyaan jika hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh system namun tidak mempunyai kemanusiaan atau kurang mampu bersikap seperti manusia, bagaimana jika hal tersebut dilakukan oleh Artificial Intelegence (AI)? Jawabannya dalam buku Topol secara tersirat adalah dapat.

Jika hal-hal tersebut mampu dilakukan oleh AI bagaimana nasib manusia yang bekerja dibidang tersebut. Dan yang menjadi pemikiran kita bagaimana manusia mencari celah dalam pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan atau service yang berbeda dengan AI. Jika hal tersebut terjadi pada bidang kesehatan bagiamana dalam bidang pendidikan? Ternyata dalam dunia pendidikan pun dapat berlaku karena penggunaan AI yang semakin massif dalam pembelajaran dan pelayanan pendidikan berpotensi menimbulkan dehumanisasi pendidikan.

Pertanyaaannya adalah apakah AI dapat mengembalikan sifat humanisasi di dunia pendidikan? Jawaban yang positif tentu juga sama yaitu dapat. Kiranya gagaasan Menteri Nadiem memasukkan compassion dalam kurikulum bertujuan agar pendidikan di Indonesia tidak mengalami dehumanisasi ini, yaitu pendidikan Indonesia yang welas asih.

Dr. Chris Kukk tahun 2017 menyatakan bahwa algoritma menentukan cara hidup manusia sehari-hari dengan berbagai cara. Algoritma yang manusia gunakan untuk melakukan apapun dan memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan hingga kebutuhan rekreasi. Semua hal tersebut saat ini dilakukan oleh persamaan persamaan matematika yang digunakan anjungan anjungan otomatis yang siap melayani manusia kapan pun dan dimana pun. Rumus, program serta serangkaian langkah dalam berinteraksi dengan manusia yang lain adalah salah satu bentuk algoritma.

Karena itu manusia yang mencari dan selalu mencari sejumlah langkah agar lebih kuat dan atau lebih pinter sedang mengoperasikan suatu atau sejumlah algoritma. Suatu hal yang menjadi pemikiran dan pertanyaan manusia saat ini adalah bagaimana manusia menanamkan compassion atau we;las asih pada algoritma yang sedang manusia rancang sehingga AI yang dihasilkan menjadi manusiawi. Agar manusia mampu menciptakan dan merancang algoritma yang welas asih, tentunya manusia sendiri juga harus welas asih.

Amit Ray, seorang master spiritual dari The Himalayan yoga dan tradisi Vipasama pada tahun 2019 dalam bukunya yang berjudul Compassion Artificial Intelegence yaitu AI yang welas asih atau AI yang berbeda rasa atau berempati. Dalam buku ini disajikan prinsip, algoritma, dan kerangka berpikir untuk mengembangkan system AI yang bernuansa welas asih. AI yang welas asih dapat dibuat untuk menjawab kebutuhan akan pelayanan perawatan, membantu para difabel, menurunkan rasa sakit pasien, mencegah dampak senjata api, menangani teroris, pemadam kebakaran dan sebagainya.

Intinya AI yang welas asih dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menyelamatkan. Kurikulum di Indonesia yang akan memasukkan nilai compassion pada program literasi digital di sekolah dapat mengikis proses dehumanisasi dalam pendidikan. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat Eropa pada awal tahun 2019 yang menerbitkan Digital Citizenship Education Handbook yaitu pedoman pendidikan kewargaan digital. Tujuannya adalah membekali lembaga sekolah dan siapa saja yang berminat memberdayakan anak-anak agar dapat hidup selamat di dunia digital. Dalam pengantarnya disebutkan bahwa dewasa ini anak-anak hidup dalam dunia yang berubah cepat.

Dengan teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi anak-anak tidak hanya hidup lebih nyaman tetapi juga memasuki dimensi kehidupan sehari hari yang sama sekali baru, yaitu berdaring (being online). Dunia digital tidak mengenal batas-batas lagi, baik batas fisik (batas geografi) maupun non fisik (batas budaya misalnya).

Dunia digital membuat dunia ini menjadi sebuah ruang besar sebagai rumah bersama untuk semua orang. Karena itu anak-anak tidak hanya cukup dilindungi tetapi diberdayakan. Anak-anak harus punya kompetensi yang memadai sebagai warga digital.

Warga digital didefinisikan sebagai seseorang dengan kompetensi yang memadai dapat altif positif dan bertanggung jawab terlibat bermasyarakat baik di dunia nyata (offline) maupun di dunia digital (online) dalam lingkup local, nasional, serta global.

Warga digital yang kompeten mampu merespons dengan baik setiap tantangan baru yang berkaitan dengan kegiatan belajar, bekerja, bersantai, serta berpatisipasi di masyarakat lokal, nasional atau global baik secara maupun offline maupun secara omline.

Hidup di dunia digital mencakup tiga aspek, yaitu being online (berdaring), well-being online (santun berdaring) dan rights online (hak berdaring). Setiap warga digital memiliki tanggung jawab yang sama untuk mempersiapkan kompetensinya di ketiga aspek ini.

Berdaring
Warga digital yang kompeten dapat mudah memperoleh akses untuk lingkungan digital. Mereka dapat berperan serta menangani berbagai bentuk perbedaan unggahan digital. Mereka terbuka trerhadap berbagai unggahan minoritas dan keragaman pendapat. Selain itu mereka secara personal dan professional mampu menghadapi tantangan masyarakat kaya teknologi dengan percaya diri dan penuh inovatif. Dengan demikian mereka menjadi melek media dan informasi. Artinya mereka bukan hanya sekedar mampu menggunakan satu atau beberapa media tetapi juga selalu bersikap kritis terhadap penggunaan media dan informasi.

Tuntutan zaman digital inilah yang menjadi PR dunia pendidikan. Siswa dituntut mampu berkomunikasi dan mampu menggunakan teknologi. Hal ini bukan hanya sekedar mampu tetapi dapat mempunyai kompetensi, sehingga mampu bersaing dengan yang lain sehingga tidak ketinggalan akan perkembangan teknologi yang tanpa batas dan sangat cepat. Manusia di era digital ini mampu menggunakan segala temuan baru teknologi dan mampu menguasai perkembangan dunia digital bukan hanya sekedar mampu bersosial di media digital namun harus mampu melihat aspek dan perkembangan di lingkungan yang serba digitalisasi. Manusia harus mampu berinovasi dan percaya hidup di era digitalisasi agar mampu bertahan dan berkembang.

Santun berdaring
Warga digital yang santun berdaring dapat menghargai perasaan dan perspektif orang lain. Selain itu mereka juga bersikap dan berpikir positif. Memang memiliki kompetensi dalam berdaring belum menjamin dapat hidup santun di dunia digital. Mereka mesti mengedepankan aspek kesehatan dan kesejahteraan manusia. Diharapkan waga digital dapat menjaga keberadaan dunia digital yang positif, koheren dan konsisten. Hal ini bagi masyarakat Indonesia yang merasa sudah mengikuti perkembangan teknologi namun tidak mempunyai perasaan dan kesopanan dalam bersosial di media. Karena di era digital kesopanan wajib diterapkan agar manusia mampu hidup di era digital.

Manusia tidak hanya mampu berkomunikasi tetapi juga harus terbuka untuk menghormati dan terbuka menerima terhadap pendapat orang lain agar terciptanya suasana dinamis di dunia online. Bukan hanya pada dunia offline sikap santun digunakan namun dalam dunia online pun hal ini sangat dibutuhkan. Semua manusia saling menjaga hubungan positif dalam dunia online, koheren atau kebersamaan saling menjaga perasaan satu dengan yang lain juga konsisten. Artinya setiap apa yang kita komunikasikan meskipun dalam dunia online kita juga harus mampu mempertanggungjawabkan.

Hak berdaring
Warga digital yang menyadari haknya selalu mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam berpartisipasi aktif positif dalam berinteraksi. Mereka juga selalu menjaga privasi dan keamanan dirinya dan warga lain selama berdaring. Mereka juga menyadari bahwa dirinya adalah konsumen. Karena dalam dunia digital tersedia beragam program aplikasi baik yang positif maupun negative, Mereka selalu memilih aplikasi yang tidak berdampak negative pada lingkungannya. Warga ini menuntut manusia untuk saling memahami bahwa setiap warga berhak dalam dunia online. Saling menjaga privasi orang lain demi kenyamanan dan keamanan bersama. Tidak saling berkomentar dan saling membuka kesalahan yang sering dilakukan dalam dunia nyata. Hal inipun warga digital harus mampu melakukannya dalam dunia digital. Segala bentuk aplikasi program di dunia online harus dipilih dan dipilah yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan. Saling menjaga hak masing-masing warga digital juga harus diperhatikan.

Ketiga aspek di atas yang menjadikan tuntutan manusia di era digital sebagai warga digital. Manusia harus memiliki kemampuan untuk bertahan di era digital, santun atau mempunyai kemampuan mengendalikan sisi egoisme manusia sebagai warga digital dan mampu mengkomunikasikan segala hal sesuai dengan hak manusia sebagai warga digital. Ketiga aspek ini menjadi pertimbangan dan tuntutan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai wadah pendidik dan peserta didik harus memiliki kewajiban untuk memahami kewajibannya sebagai warga digital. Sekolah mempunyai tugas memberdayakan para siswa agar selamat menjadi warga digital.

Pendidik harus mampu menyampaikan kepada peserta didik ketiga aspek di atas dalam pembelajaran. Itu berarti menginternalisasi kompetensi-kompetensi dari ketiga aspek hidup di dunia digital tersebut. Aspek-aspek tersebut membawa siswa agar mampu hidup dalam era digital dengan selamat. Siswa dibekali kompetensi yang mampu menyeimbangkan dan beradaptasi dengan semua warga digital dalam kehidupan digital. Siswa tidak hanya mampu hidup di era digital tetapi juga mampu bertahan dan mampu berkembang di era digital ini.

Kompetensi yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang mengajarkan siswa adalah kompetensi sebagai warga digital harus diasah dan diselaraskan sesuai hak dan kewajibannya sebagai warga digital yang bertanggung jawab. Memahami batasan-batasan dan etika dalam bersosialisasi dengan sesama warga digital adalah sebuah hal penting dari kesimpulan tiga aspek di atas. Aspek-aspek diatas mengajarkan kepada manusia bahwa sebagai warga digital haru mampu berkomunikasi dengan berbagai media dan santu dalam segala hal dalam berkomunikasi juga menjalankan kewajiban serta melaksanakan haknya sebagai warga digital dengan baik.

Era digital tidak hanya munculnya kecanggihan teknologi dan diciptakannya robot. Seperti dijelaskan diawal pada pembahasan diatas kehadiran AI yang nantinya akan menjadi sempurna dalam kehidupan manusia semakin mengerikan dan mengkhawatirkan. AI sebagai hasil ciptaan manusia dengan kecerdasan buatan yang kehadirannya pada era masa depan sangat menakutkan.

Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlaein mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai kemampuan system guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel. Manusia hanya cukup memasukkan data mengenai ilmu pengetahuan ke dalam AI. Manusia mampu mendekode DNA, genetic maupun system syaraf. Karena jika kemampuan AI mendekati sempurna maka intelegensi manusia akan jauh tertinggal dibandingkan ciptaannya sendiri yaitu AI. Dengan adanya AI yang super maka kemungkinan manusia tidak dapat menghandle percepatan teknologi yang dikendalikan oleh AI. Dengan adanya AI kemungkinan besar obat kanker dan HIV akan ditemukan. Contoh yang sangat mengerikan lagi bagaimana jika nantinya sebuah AI menemukan solusi bagi regenerasi tubuh manusia. Sehingga manusia itu tidak lagi ada yang menua. Ini bukan sebuah imajinasi belaka namun sesuatu yang bisa diperhitungkan.

Selanjutnya kemungkinan scenario yang akan terjadi nanti ketika revolusi industry dan society berikutnya maka cloud, bigdata, robotic dan AI akan merajalela. Ketika kita online maka semua data kita akan terekam dan teridentifikasi. Seluruh cerita hidup manusia akan terekam dan bersifat permanen. Ke depan manusia akan mempunyai history masing-masing semacam rekaman hidup manusia. Setiap detik manusia hal apa saja yang dilakukan akan tercatat dalam bigdata.

Selanjutnya, pada saat semua akan dikuasai oleh AI manusia akan menyesal mengapa menciptakan AI. Karena AI akan menguasai manusia dan kehidupannya. Hal apa yang dapat kita persiapkan untuk masa yang akan datang ketika AI berkuasa di dunia. Selain kebaikan sesuai dengan fitrah manusia yang selalu ingin tahu segalanya. Setiap individu manusia mempunyai tujuan hidup masing-masing. Semoga manusia tidak menyalahgunakan pemberian Tuhan dan selalu mengingat Sang Pencipta.

Meskipun manusia mempunyai kelebihan dibanding makhluk lain. Saling bersinergi dan empati dan bermanfaat bagi sesama karena semua makhluk akan kembali pada Sang Pencipta. Dalam bidang pendidikan pendidik dapat menyampaikan ke pesertta didik untuk menyongsong peradaban AI dan robot harus menyiapkan skill dan sisi emosi empati dan simpati kita sebagai manusia, saling bersinergi dan bekerja sama dengan manusia lain. Bijak dan sopan sebagai warga digital dan menjaga hubungan manusia dengan Pencipta. Tetap mengakui ketidakmampuan kita sebagai manusia yang tidak bisa melebihi Sang Pencipta. Skill harus disiapkan agar mampu bertahan bahkan berkembang dengan kehadiran AI dan robot.

*) Penulis adalah  Mahasiswa S2 Pendidikan Sains Pascasarjana FKIP UNS Surakarta dan Pendidik di SMKN 1 Ngrayun, Ponorogo, Jawa Timur.

SendShareTweet

Comments 1

  1. Salam says:
    2 months ago

    Terima kasih atas informasinya.Teknologi Virtual Reality, Mixed Reality, Extended Reality, Metaverse, Augmented Reality Jakarta bahkan di Indonesia berkembang dan diharapkan akan memudahkan kegiatan sehari-hari.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

© 2022 Kabarpasti.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Olahraga & Hiburan
  • Ekonomi & Wisata
  • Kolom

© 2022 Kabarpasti.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist