BOJONEGORO – Mengayuh sepeda keliling, dari gang ke gang, dari desa ke desa sambil mengangkut dagangan barang-barang lawas yang memenuhi boncengan sepeda milik pria tua ini. Usianya sudah terbilang cukup tua, sudah 87 tahun. Tapi semangatnya masih terlihat begitu menggelorakan siapa saja yang bertemu.
Boncengan sepeda ditempatkan sebuah blangkrak (tempat menaruh barang_red) yang dipenuhi dengan barang dagangan peralatan kebutuhan rumah tangga lawas. Mulai dari tikar yang terbuat dari daun pandan atau wlingi, cikrak dari bambu, tempeh dari bambu, sapu lidi hingga barang lawas yang terbuat dari besi seperti sabit juga bendho (alat potong kayu_jawa).
Sepeda jengki-nya nampak kusam tergerus zaman bahkan kehidupan tak lagi terlihat merk-nya. Sesekali pria tua ini berhenti di sebuah warung kopi sembari menjajakan dagangan yang sudah tergilas modernisasi. Menyeduh kopi cangkir dan masih tetap menghisap rokok yang di lintingnya sendiri, pria tua ini masih terlihat begitu nyaman dengan apa yang dijalani.
Ngobrol ngalor-ngidul dengan beberapa penghuni warung, celoteh canda-tawa mewarnai hari-hari pria tua yang setiap hari terus berkeliling dan berpindah jajah deso milangkori ini.
Mengaku kelahiran Blora, tahun 1933, pria ini adalah Lasiman yang kini berdomisili di Desa Mulyoagung, Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Meskipun keluarga dan anak-anaknya sudah hidup layak, pria ini tak pernah kenal lelah mengais rejeki di usia senjanya.
Seperti umumnya, masyarakat modern hari ini mayoritas sudah beralih menggunakan peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik hingga mesin untuk memudahkan pekerjaan rumah tangga, tapi pria ini sepertinya benar-benar berbeda, terus meneguhkan niatnya memperjuangkan tradisi dengan menyuguhkan barang tradisional warisan nenek moyang agar terus lestari. Meski modernisasi menggilas zaman, Lasiman akan terus berjuang.(beka)