BOJONEGORO – Antisipasi meningkatnya kunjungan pasien di IGD (instalasi Gawat Darurat), Kamis, 24/12/2020 Rumah Sakit Aisyiyah (RSA) Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendirikan tenda darurat. Hal tersebut sebagai langkah guna memberikan pelayanan yang terbaik pada masyarakat saat petugas medis melakukan screening terhadap pasien.
Screening adalah penyaringan, dan merupakan salah satu tindakkan guna melakukan triage (baca: pengelompokan) pasien sesuai tingkat kegawatdarutannya, sehingga dapat dipilah mana yang lebih perlu ditangani segera, dan mana yang dapat ditunda penanganannya, serta mana pasien yang cukup rawat jalan, bahkan mana yang datang dalam kondisi lainnya.
Dari data yang diperoleh awak media kabarpasti.com, rencana pendirian tenda darurat tersebut sudah sejak lama, namun baru terealisasi saat ini. Terkait dengan jangka waktu, pihak RSA Bojonegoro dan BNPB akan melihat perkembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Wakil Direktur RS Aisyiyah Bojonegoro, Iin Rahayu, saat dihubungi melalui sambungan telepon selulernya, menyampaikan bahwa tenda darurat untuk IGD ini didirikan guna memberikan tempat bagi para pasien yang berkunjung, agar dapat ditangani secara baik.
Menurutnya, gedung IGD RSA Bojonegoro yang berada di jalan Panglima Sudirman ini digunakan untuk memberikan pelayanan kepada pasien dengan jenis penyakit biasa/umum bukan pasien suspect atau kasus konfirmasi positif Covid-19. “Pada intinya tenda darurat BNPB ini untuk menampung lonjakan pasien yang berkunjung ruang IGD utama”, terangnya.
Pendirian tenda darurat bekerja sama dengan BNPB itu merupakan rencana sejak lama, bahkan beberapa hari lalu pihaknya juga telah mendirikan tenda namun belum dapat memberikan kenyamanan, terlebih disaat musim hujan seperti saat ini.
“Kapasitas IGD RSA ini sangat terbatas, dan terkait adanya peningkatan kunjungan pasien, kita sempat berupaya mendirikan tenda seadanya, namun karena saat ini musim hujan dan angin, dirasa kurang nyaman akhirnya dibongkar dan menunggu BNPB,” katanya.
Proses pelayanan dan screening terhadap pasien di IGD juga telah dilakukan para petugas medis sesuai dengan protokol kesehatan yang diterapkan di RSA Bojonegoro, mulai dari penerimaan pasien dengan keluhan dan rujukan dokter hingga pemeriksaan di IGD, seluruh tenaga medis menggunakan APD (alat pelindung diri) hingga konsultasi dokter sesuai kriteria penyakit beserta tindakkannya.
“Selama menunggu penanganan apa bila ruang utama tidak cukup bisa di tenda darurat, agar tidak keleleran di teras atau di halaman. Sebab selama ini akibat ruangan penuh maka harus menunggu di luar IGD. Dan setelah hasilnya diketahui bisa langsung menuju kamar,” ulasnya.
Bagi pasien suspect atau pun terkonfirmasi positif Covid-19, lokasi penanganannya berbeda, yakni di gedung IGD lama jalan Hasyim Ashari. Dan apa bila ada pasien yang datang di gedung IGD baru jalan Panglima Sudirman serta terbukti suspect, maka akan dievakuasi menggunakan kendaraan ambulan melalui jalur luar RSA Bojonegoro. “Semua ini demi keamanan dan kenyamanan khususnya para petugas medis dan pasien rawat inap lainnya”.
“Alhamdulillah para petugas medis di RSA Bojonegoro hingga saat ini masih tetap steril, sehat dan aman sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal,” imbuhnya.
Di akhir, Iin Rahayu menyampaikan sesuai arahan BNPB bahwa pendirian tenda darurat IGD di RS Aisyiyah Bojonegoro ini akan dilakukan selama 1 bulan ke depan, semoga tidak ada peningkatan pasien yang tidak tertampung di ruang IGD utama. Sebab, semua ini demi memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi seluruh masyarakat. (Ros)