BOJONEGORO – Mayoritas petani tadah hujan di Kabupaten Bojonegoro hari ini mulai menginjak masa panen padi. Tapi berbeda dengan salah satu petani di Desa Kumpulrejo Kecamatan Kapas Bojonegoro ini, dirinya mengaku mencari alternatif tanaman produktif lain yakni Bawang Merah.
Aleks (30 tahun) sengaja menanami 1 hektar sawahnya dengan Bawang Merah. Meski tak seberuntung musim sebelumnya, siang ini petani muda ini melakukan panen yang lumayan.
“Lumayan Mas, tetep panen meski tak sebaik musim kemarin, 1 hektar ini hanya dapat 4 – 5 ton,”terangnya.
Menurutnya, di musim kemarin harganya bisa tembus 35 ribu per kilogram dan hari ini hanya kisaran 15 ribu saja.
Sehingga menurut petani muda ini, dirinya mengaku tetap mendapatkan untung 45 juta, karena biaya yang di keluarkan dalam sekali tanam satu hektar sebesar 15 juta.
Dirinya mengaku, di musim penghujan tanaman bawang merahnya rentan terhadap penyakit utamanya layu terbakar ( jawa: mbun upas) sehingga hasilnya tak bisa maksimal, banyak tanaman yang kering dan mati.
“Harapan kita ada bantuan bibit dari pemerintah daerah, juga obat-obatan untuk mencegah penyakit bawang merah,” pintanya.
Kasdi (50 tahun) petani lain mengakui hal yang sama dalam panen di musim ini. “Tetap panen cuma hasilnya tidak maksimal, karena musim hujan, air tidak kekurangan tapi tanaman banyak yang mati,” terangnya.
Menurutnya berbeda dengan waktu kemarau, meski kesulitan air tanaman berkembang lebih baik dan harga juga lebih baik.(Cipt/Shint)