BOJONEGORO – Beragam budaya Jawa masih lestari hingga kini. Diantaranya tradisi Nyadran di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur yang masih terus terawat. Seperti yang dilakukan warga masyarakat Desa Beji, Kecamatan Kedewan diujung barat Kabupaten Bojonegoro yang menggelar Nyadran hari ini, Rabu (19/5/2021).
Ritual tahunan warga yang digelar di Sendang Arum pada Rabu Kliwon di Bulan Syawal tiap tahunnya menambah khasanah budaya di Bojonegoro sebagai bukti optimis masyarakat menempatkan budaya sebagai bagian dari martabat mereka dalam hubungan sosial, alam sekitar dan penciptanya.
Dalam Nyadran ada spirit silaturahmi, penghargaan terhadap bumi dan leluhur hingga wujud syukur kepada Illahi. Membawa menu sedekah dalam nampan merekapun berkumpul untuk berdo’a bersama bagi keselamatan dan kesejahteraan warga.
Kepala Desa Beji, Rahayuningsih menyampaikan bahwa tradisi tahunan di desanya tak pernah lekang oleh waktu.
“Entah kapan dimulai, ritual tahunan ini terus ada sebagai penghormatan kepada leluhur pendiri desa dan wujud syukur terhadap bumi,” terang perempuan ini.
Konon menurut warga, saat dulu kala warga di wilayah ini sangat kesulitan air, akhirnya beberapa warga berusaha mencari sumber air secara bersama-sama. Dalam perjalanan mencari sumber air, pada hari Rabu Kliwon di bulan Syawal salah satu rombongan Kembet Siji (satu dari mereka terperosok dalam lumpur) dan munculah air dari situ. Akhirnya warga sepakat menempati lokasi ini dan menamakannya dengan Desa Beji (Kembet Siji), dimana tempat terperosok tersebut kini menjadi Sendang Arum yang selalu digunakan sebagai tempat selamatan dalam Nyadran tahunan.
“Disamping selamatan, di Sendang Arum juga selalu digelar wayang kulit saat Nyadran,” terang Pak Muksin salah satu tokoh masyarakat setempat.
Terlihat dari pantauan media ini, Sendang Arum masih sangat berfungsi bagi persediaan air warga setempat, meski bentuknya sudah berubah menjadi sumur Dekker. Beberapa pipa nampak bergelantungan menuju ke rumah-rumah penduduk sekitar yang membutuhkan untuk mengalirkan air dengan mesin pompa air.
Karena pandemi Covid-19 yang masih saja ada, agenda selamatan digelar sederhana dan wayang kulit dengan lakol “Turunne Dewi Sri” hanya digelar saat siang hari saja berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan selamatan juga dihadiri oleh Forpimka dan warga setempat.(shint/cipt)