BOJONEGORO – Pandemi Covid-19 belum juga beranjak pergi, justru akhir-akhir ini kasusnya semakin meningkat. Hingga pemerintah kembali mengeluarkan Kebijakan PPKM Darurat dibulan Juli ini. Dengan tujuan fokus menghentikan aktivitas masyarakat yang berpotensi menimbulkan kerumunan, kebijakan ini diberlakukan untuk menekan penyebaran dan perluasan pandemi.
Semenjak munculnya wabah hingga kini, kegiatan masyarakat sangat dibatasi, seperti halnya berbagai pagelaran seni dan hiburan, termasuk salah satunya pertunjukan Wayang Kulit. Sehingga hal ini sangat dirasakan oleh seorang Pengrajin Wayang Kulit, Supartono, 59 tahun, asal Dusun Korgan RT 003 RW 001, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro.
Supartono mengaku jika kondisi ini cukup berdampak dengan profesi yang digelutinya karena otomatis berimbas langsung dengan penghasilannya sehari-hari. Sepinya pesanan wayang karyanya akibat sepinya hiburan pertunjukan Wayang Kulit.
“Tetap membuat beberapa wayang kecil, seperti Punokawan dan sejenisnya, mengisi hari-hari dengan kegiatan,” ungkap pria ini, Minggu (18/7/2021).
Sambil memukul palu dan menatah wayang karyanya, Supartono optimis jika wayangnya akan tetap laku dan ada yang membeli nantinya. Menurutnya, untuk menyiasati harga bahan baku dasar yakni kulit yang makin mahal, pria ini mencoba berkreasi dengan inovasi wayang dari bahan Perlak (sejenis karet keras), meski begitu karena kemahirannya, hasilnyapun nyaris persis dengan wayang berbahan kulit asli.
“Hari ini pesanan wayang kulit untuk pertunjukan panggung, memperbaiki yang sedikit rusak atau mengecat ulang memang sudah tidak ada seiring order panggung yang sepi,” terangnya.
Seperti diketahui, pria ini telah banyak membuat wayang kulit untuk Dalang-dalang ternama dan kondang dari berbagai daerah. Disamping pengrajin Wayang Kulit, Supartono juga sebagai seniman penabuh gamelan yang masih terus bertahan di Bojonegoro.
“Semoga pandemi segera berlalu, kita harus tetap pandai-pandai bersyukur dan menjalani kehidupan disaat-saat ini,” pesannya. (why)