Oleh: Natasha Devianti, SIP, MM*)
Hampir 300 juta siswa di seluruh dunia
terganggu dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dan ini mengancam hak pendidikan mereka di masa depan. Pandemi Covid-19 benar-benar telah berdampak pada dunia pendidikan, hal ini telah dinyatakan oleh Organisasi Pendidikan Dunia, UNESCO tahun lalu.
Dampak yang paling ditakuti adalah efek jangka panjang, karena siswa akan secara otomatis merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan yang sedang berjalan, ini dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan kedewasaan mereka.
Begitupun di Indonesia, karena imbas pandemi yang tak kunjung reda ini, seluruh sekolah dan kampus menerapkan kebijakan belajar mengajar sistem jarak jauh. Hal ini membuat dunia pendidikan kita berubah 180 derajat, karena satu-satunya solusi yang bisa ditawarkan hanyalah online learning atau online classroom, pembelajaran daring. Betapa tidak, ini seperti memberikan shock therapy baru bagi guru dan juga siswa. Masih teramat banyak guru yang pada awal pandemi belum mengenal apa itu online learning atau pembelajaran daring, bagaimana melakukannya, begitupun siswa yang masih belum familiar dengan hal baru itu.
Online learning yang dianggap mampu menyelesaikan persoalannya imbas pandemi ini juga membawa masalah baru. Banyak kendala lapangan ditemukan, seperti halnya infrastruktur atau perangkat online learning mulai computer, gagdet atau handphone yang sebagian dari pendidik dan siswa kita juga masih belum terbiasa mengoperasikan aplikasi perangkat ini.
Permasalahan baru yang terjadi bukan hanya pada sistem media pembelajaran, akan tetapi ketersediaan kuota data yang membutuhkan biaya cukup tinggi bagi peserta didik dan guru guna memfasilitasi kebutuhan online learning, bahkan jaringan internet yang belum tersedia di semua wilayah karena kondisi geografis. Mayoritas masyarakat bawah, utamanya didaerah pedesaan mengeluhkan problem ini, karena pembelajaran daring membutuhkan biaya yang lebih mahal dari pembelajaran normal.
Untuk mengatasi berbagai persoalan ini, pertama adalah kembali kepada peran kita sebagai orang tua dalam keluarga. Peran kita sangatlah dibutuhkan untuk memberikan edukasi menyeluruh kepada anak-anak dalam upaya pencegahan virus dan pendemi yang sedang terjadi.
Kedua, tugas urgent orang tua saat ini, karena pembelajaran daring adalah membimbing, mendampingi dan mengawasi putra-putri kita belajar di rumah, serta bagaimana lebih intens mengawasi perilaku dan sikap mereka.
Ketiga, agar aktifitas belajar anak tidak terganggu, pihak sekolah dan orang tua perlu bersinergi, mencari jalan keluar setiap permasalahan dengan merencanakan e-learning yang matang untuk pendidikan siswa di rumah.
Keempat, pembelajaran online tetap bisa dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan mencari jalan tengah bersama dinas terkait. Pembelajaran daring bagi penulis hanya bisa dilakukan pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Namun tidak untuk jenjang TK dan SD karena masih ditemukan banyak kesulitan.
Penulis berharap, sedikit solusi ini bisa memberikan jawaban permasalahan pembelajaran daring ditengah pandemi yang masih saja belum jelas kapan akan berakhir ini. Pendidikan harus terus berjalan, semoga pandemi segera berakhir dan perjalanan dunia pendidikan kembali normal.
*) Penulis adalah Anggota Komisi C-DPRD Bojonegoro