Oleh : Mico*)
Modern itu tahapan, dari sebelumnya primitive dan tradisional. Modern itu perilaku yang mengedepankan cara berfikir ilmiah, mengabaikan nilai-nilai keyakinan, berorientasi pada hasil dan mengedepankan manusia sebagai penguasa kehidupan. Manusia berhak mengeksploitasi apa saja demi eksistensinya. Industrialisasi dan kerusakan alam dicap sebagai bagian tak terpisahkan dari era modern ini.
Setelah modern, ada tahapan yaitu postmo, singkatan post modern atau pasca modern. Era ini oleh para sejarawan disebut era spiritualitas, yaitu kembalinya manusia kepada kearifan kehidupan. Tidak lagi hanya fokus pada dirinya tapi bagaimana menjaga dan membangun keseimbangan kehidupan alam, manusia dan Tuhan. Kesadaran postmo sudah didengungkan sejak akhir tahun 80-an, terutama dipicu oleh naiknya suhu bumi, semakin panas dan mengancam eksistensi manusia. Juga kesadaran akan dampak Industrialisasi yakni kesenjangan sosial yang semakin nyata.
Modernitas ternyata membawa ancaman berupa petaka adanya jurang sosial, kerusakan ekologi dan kekeringan spritualitas. Menyadari hal ini PBB merevisi bagaimana pembangunan sepatutnya dijalankan negara. Dari pendekatan pertumbuhan (MDGs) menjadi SDGs atau pembangunan berkelanjutan, dimana keadilan, perbaikan alam, kolaborasi dan kearifan menjadi perhatian utama bangsa bangsa. Tidak boleh ada yang tertinggal, tidak boleh pertumbuhan ekonomi dibayar dengan kerusakan alam. Modernitas harus disempurnakan!
Lalu apa maksud Bojonegoro menuju modern?
Apakah Bojonegoro modern itu visi dari Pemkab saat ini? “3 tahun menjabat, Pembangun jalan cor 440 km, menuju Bojonegoro modern” seperti dinyatakan baliho 3 tahun kepemimpinan Mu’awanah – Wawan.
Apakah paradigma pembangunan tahun 70-an ini dianggap tepat sebagai visi dan pendekatan pembangunan Bojonegoro? Bojonegoro harus di-modern-kan. Mengapa dan siapa yang diuntungkan? Apa ongkos yang harus dibayar oleh rakyat dan generasi masa depan?
Pertanyaan yang patut direnungkan dan dijawab oleh semua Wong Jonegoro, apalagi para pemimpinnya?
Dander, 17 September 2021
*) Penulis adalah Cah Jonegoro asli, Kodok Terpelajar