BOJONEGORO – Tradisi menunggu warga yang meninggal dunia pada hari sakral masih tetap dilakukan bagi sebagian masyarakat Jawa, seperti halnya di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Tradisi turun-temurun menjaga orang yang meninggal dunia hari Jum’at Legi hingga 40 hari.
Namun, ada yang berbeda bahkan menjadi hal baru dan unik di desa ini. Pemerintah Desa (Pendes) setempat membantu keluarga penunggu dengan perangkat Closed-Circuit Television (CCTV) guna menjaga makam tersebut.
Sri Murtianingrum selaku Kepala Desa Sidorejo mengaku bahwa dirinya hanya berniat membantu dan meringankan beban warga yang berduka.
“Kita beli CCTV dengan harapan meringankan biaya penjaga yang menunggu makan orang meninggal dunia di hari Jum’at Legi dan Jum’at Pahing,” terang Kades perempuan ini, Sabtu(16/1/2021).
Awalnya Sri Murtianingrum juga mengalami hal serupa, saat meninggalnya Sang Ibu dibhari sakral, dirinya harus mengeluarkan tambahan biaya yang lumayan untuk para penunggu makam. Sebab, tradisi ini masih terus dirawat, sehingga merasa kasihan, apa bila terjadi pada keluarga kurang jika harus mencari biaya hingga jutaan rupiah.
“Hanya berniat membantu warga saja, ini murni inisiatif saya karena pernah mengalami langsung,” tutur Ningrum (akrab dipanggil).
Ia berharap, melaluu fasilitas CCTV yang ada, keluarga yang sedang berduka cita tak harus bertambah susah dengan membayar biaya penunggu makam. “Para penjaga cukup menunggu dari rumah warga yang terdekat dengan makam”.
Kabar yang diterima awak media ini, biaya penunggu makam bagi keluarga yang meninggal di hari Jum’at Legi dan Pahing di Desa ini, mulai 4,5 juta hingga mencapai 6 juta rupiah selama 40 hari.(bk)
Biasanya makam ditunggui karena keluarga takut tali atau kain kafan dicuri orang tak bertanggungjawab. Semoga mereka yang wafat, mendapat ketenangan dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah.