Oleh : Kustaji, MM*)
TIDAK butuh waktu lama sebuah wabah menyebar keseluruh dunia. Hanya dalam hitungan bulan virus yang katanya punya delapan varian ini memporak-porandakan tatanan kehidupan. Kematian hampir terjadi disemua negara dengan jumlah yang berbeda, berlanjut dan masih terus terjadi hingga kini. Ya, Pagebluk Corona Virus Disease (Covid-19) dalam sekejap merubah hingar bingar dunia.
Episentrum berbangsa nyaris lumpuh disemua negara, aktivitas pemerintahan tak berjalan normal, semua harus fokus penanganan pagebluk baru ini. Bahkan kehidupan sosial ekonomi begitu nyata berat terasa di dua bulan terakhir karena kebijakan physical dan social distancing yang memang harus diberlakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.
Sebagai warga, penulis juga merasakan hal yang sama, karena ini memang juga terjadi dimanapun. Tak terkecuali di Bojonegoro kita tercinta, semua konsen pada penanganan wabah yang belum tahu kapan akan berakhir ini. Sinkronisasi dengan pemerintah pusat tentunya, di Kabupaten Bojonegoro anggaran juga harus ditata ulang untuk pemenuhan pencegahan dan penanganan pagebluk Covid-19. Banyak kegiatan lapangan pemerintah bergeser model, televideoconference dalam rapat, pelantikan bahkan sidang perkara hingga monitoring lapangan. Dunia pendidikan terimbas langsung, tatap muka belajar mengajar harus diliburkan, beralih dengan daring hingga model digital lain, tentu bagi mereka yang telah memiliki perangkat memadai.
Pada pemerintahan terendah, desa juga sama, ada restrukturisasi anggaran pemerintahan, pembangunan, pembinaan hingga pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan wabah ini. Hajatan, kegiatan sosial warga hingga beribadah harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar penyebaran pagebluk Covid-19 dapat ditekan.
Dampak signifikan kondisi ini masih terus dirasakan semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hampir seluruh sektor keuangan dan aktivitas usaha ekonomi warga begitu carut-marut, jual beli pasar harus dibatasi bahkan terpaksa tutup dengan penuh harap agar pandemi ini segera berakhir, semakin banyak saja warga yang tak berpenghasilan.
Namun menjadi berbeda ketika kita hidup di tengah negeri Nusantara ramah ini, sudah ada tameng yang harusnya kebal dan mampu menangkal pagebluk. Spirit dan semangat yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelum bangsa ini lahir. Semangat itu tiada lain dan bukan adalah Bhinneka Tunggal Ika dan Gotong Royong, tinggal bagaimana kita memaknainya dalam arti yang lebih luas untuk bersama-sama bergandeng tangan menangkal dan melawan musibah ini.
Bhinneka Tunggal Ika
Berbeda-beda tetapi tetap satu, sebagai semboyan persatuan dan kesatuan bangsa, spirit ini harus mampu menyatukan Bangsa Indonesia siapapun, kapanpun, dimanapun tanpa memandang asal, ras, suku, agama, adat istiadat, budaya tanpa terkecuali untuk senantiasa bersama bergandeng tangan melawan pandemi Covid-19 ini.
Policy pemerintah yang sudah berjalan, mulai penerapan pola hidup sehat, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, menjauhi kerumunan, physical distancing dan social distancing, menjaga jarak aman berinteraksi hingga memakai masker saat keluar hingga tak meninggalkan rumah untuk sesuatu yang tak penting haruslah disengkuyung oleh siapapun tanpa kecuali.
Menyamakan langkah dan persepsi dengan spirit ke-Bhinekaan akan menjadi indah tanpa keterpaksaan, patuh dan bahagia menjalankan. Dengan kesadaran aklamasi yang mampu dilakukan pemerintah sendiri, dunia usaha dan warga masyarakat dengan ikhlas hati tanpa pelanggaran tentu menjadikan output perjalanan kebijakan dapat maksimal sehingga penyebaran pandemi akan bisa diantisipasi. Spirit ini harus kembali dimaknai dan dimiliki dengan rasa kesungguhan besar oleh kita semua.
Gotong Royong
Spirit gotong royong dan kebersamaan perlu terus menjadi motivasi bagi semua pihak untuk melawan pagebluk Covid-19 ini. Gotong Royong dalam arti yang seluas-luasnya bagi penulis harus mampu dimaknai oleh semua pihak agar tak terjadi graduasi makna. Bukan dari siapa membantu apa, tapi apa yang mampu kita berikan sesuai porsi masing-masing untuk berasama-sama menghentikan wabah di negeri ini.
Semua elemen pemerintah, swasta dan warga sesuai kapasitas dan kapabilitas, posisi dan kedudukannya, kekuatan dan kemampuannya dari pejabat hingga rakyat harus saling memberikan semangat, motivasi dan dorongan utamanya dalam mengikuti anjuran pemerintah. Bahkan bantuan kemanusiaan bagi dunia usaha yang punya kemampuan, misalnya peralatan medis untuk rumah sakit, dokter dan paramedis hingga bantuan logistik pangan kepada warga terdampak.
Jika spirit keduanya bisa tertanam dan mampu dilakukan secara gotong royong dalam nuansa kebersamaan, penulis yakin perangkat kebijakan akan terus berjalan dan warga masyarakat akan bahagia menjalankannya karena merasa mendapatkan kenyamanan dan perlindungan, bahkan akan menegakkan aturan jika ada yang melanggarnya sehingga pandemi ini mampu dicegah dan dilawan bersama.
Semoga pagebluk ini segera berakhir, semua mampu bersatu bergandeng tangan untuk terus melawan. Sembuhlah kehidupan seperti sediakala. Tentram negeriku Bojonegoro, damailah Indonesiaku.
*) Penulis adalah Ketua Yayasan Junjung Negeri
Menginspirasi