TULISAN kali ini mengasumsikan bahwa pemerintah tidak memiliki kemampuan keuangan untuk menangani dampak Covid-19 dalam waktu panjang. Terutama membiayai penanganan semua orang yang terkonfirmasi positif, bahkan hingga memberikan bantuan sosial terhadap masyarakat yang sangat membutuhkan terlebih terdampak akibat PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat.
Singkat saja membahas tentang beberapa hal, dan apa yang diperlukan guna menangani dampak pandemi ?
1. Gotong royong pemerintah, rakyat dan pengusaha. Berbagi peran secara efektif.
2. Memperkuat keluarga, desa dan kawasan sebagai basis perang melawan covid-19. Di basis ini sangat diperlukan 3T yakni testing, tracing dan threatment semaksimal mungkin dilakukan, termasuk upaya pencegahan lainnya.
3. Mengoptimalkan celah supply chain proses penanganan Covid-19 untuk ekonomi kerakyatan.
4. Membuat mekanisme komunikasi antar element secara terbuka untuk saling memahami situasi apa adanya, penguatan tekad bersama, dan pembelajaran bersama. Bahwa Covid-19 adalah musuh bersama, hanya bisa dikalahkan dengan keterlibatan semua pihak.
Kongkritnya!
Dimulai melalui cara di masing-masing desa, wilayah, kota atau kabupaten dengan membuat simulasi apa yang diperlukan. Apa bila sekian persen penduduk terkonfirmasi positif Covid-19. Taruhlah ada 2 persen atau angka lain, tentukan berapa yang sanggup isoman di rumah, berapa yang perlu di mitra rumah sakit (losmen, hotel atau tempat yang dikhususkan untuk isoman dengan resiko rendah), berapa yang perlu dirawat ke rumah sakit?.
Semua kebutuhan diidentifikasi, dengan mempertimbangkan keluarga atau perorangan yang sanggup mandiri.
Kebutuhan tempat, makanan, obat-obatan bagi yang menjalani isoman baik di rumah atau di mitra rumah sakit (di luar yang mandiri) dipenuhi pemerintah dengan cara melibatkan pengusaha, termasuk yang kecil, dibagi ke mereka.
Pola tersebut sangatlah penting, untuk memberi pesan kuat bahwa dalam situasi sulit tidak ada pihak yang menari dan mencari keuntungannya sendiri dengan penyalahgunaan kekuasaan.
Di semua desa, Tenaga Kesehatan desa, bersama Pemdes, Babinkamtibmas, Babinsa, Tomas dan Toga proaktif sosialisasi prokes. Mereka yang merasa ada gejala Covid-19 cukup lapor via seluler ke Pemdes atau lewat RT.
Petugas datang untuk memeriksa dan mengedukasi keluarga bagaimana caranya mengelola diri (Praktek ini sudah ada di beberapa desa dan sukses).
Tempat isoman mitra rumah sakit atau rumah sakit diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar memerlukan.
Fokus pada yang terkonfirmasi positif Covid-19, diharapkan memberi pesan kepada semua orang yang sehat mengenali keadaan dirinya dan resiko bila mereka abai terhadap protokol kesehatan (Prokes).
Para petani tetap bekerja di sawah, industri beberapa kawasan yang ketat prokes dan menyiapkan penanganan karyawannya dengan baik bila ada yang positif diberi kesempatan beroperasi. Lebih jauh mana yang boleh, patut beroperasi dan tidak, dievaluasi bersama sebagai mekanisme gotong royong.
Melalui cara ini diharapkan tidak ada salah paham dan new normal menjadi pengetahuan dan norma sosial baru yang diterima bersama.
Tentunya semua berharap keseimbangan antara penerapan berbagai kebijakan dengan kondisi serta dampak khususnya akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di masa pandemi Covid-19.
Semoga pandemi Covid-19 di indonesia ini segera berakhir, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat kembali beraktivitas secara normal.
Penulis: Kang Yoto, Bupati Bojonegoro Periode Tahun 2008 – 2018.
Editor: DeBe Jonegoro