Kabar Pasti
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
Kabar Pasti
No Result
View All Result
Home Kolom

Media Kertas Masih Layak Pakai (1)

"Walaupun diakui gembar-gembor suara yang mewartakan bahwa kita telah sampai ke Revolusi Industri 4.0"

Sunday, 18 April 2021 - 11: 21
Media Kertas Masih Layak Pakai (1)

Foto: ilustrasi pembelajaran kertas

Media Kertas Masih Layak Pakai

Oleh: Ajun Pujang Anom *)

Beberapa waktu ini saya menekuni pembuatan media pembelajaran berbasis kertas. Mengapa saya memilih bahan baku kertas?. Sebab, kertas ini mudah dicari dan mudah pula dibentuk menjadi media pembelajaran, baik itu dikerjakan oleh guru maupun bersama siswa. Sehingga waktu pembuatannya lebih pendek dibandingkan yang lainnya.

Baca Juga

Musyda Muhammadiyah ke-10, PC IMM Bojonegoro Rekomendasikan 5 Syarat Pemimpin Ideal

Membaca Strata Prioritas dan Urgensi Beasiswa RPL Desa di Bojonegoro

Dalam pembuatan media itu, saya lebih mengutamakan kertas yang sudah tidak dipakai alias bekas. Dengan pemanfaatan kertas bekas ini, dapat mendidik anak untuk menjaga kebersihan lingkungan. Mereka nantinya akan punya atensi dan inovasi terhadap barang yang sudah dianggap sampah, menjadi sesuatu yang dapat didaur ulang. Dan punya manfaat bagi kehidupan. Tentu saja, jika ini berjalan dengan lancar, persoalan lingkungan akan gampang terpecahkan.

Apakah mungkin media berbahan kertas ini dapat digunakan oleh sembarang metode mengajar? jawabnya: Mungkin. Hal ini mengacu pada fungsi utama media pembelajaran yang disampaikan oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A. dalam bukunya berjudul “Media Pembelajaran” yaitu sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Secara faktual, kertas mempunyai fleksibelitas yang tinggi dibandingkan lainnya. Meskipun diakui, bahan ini mudah rusak atau kurang awet. Tapi dengan kemudahannya dibuat dan dibawa secara mobile tentu sangat meringankan bagi proses pembelajaran. Selain itu, pada daerah-daerah yang masih sulit dijangkau oleh media berbasis teknologi macam Augmented Reality, kertas menjadi bahan yang dapat diaplikasikan menjadi beragam wujud.

Walaupun diakui gembar-gembor suara yang mewartakan bahwa kita telah sampai ke Revolusi Industri 4.0, yang “mengharuskan” kita melek teknologi tinggi. Namun kita juga harus insyaf, bahwa persoalan wilayah Indonesia yang begitu luas. Disertai jangkauan listrik dan internet, yang belum benar-benar merata. Pastinya menjadi kajian bagi guru sendiri, untuk menerapkan media mana yang layak pakai di sekolahnya masing-masing. Tidak wajib gebyah uyah. Semua memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dan sesuai pendapat Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan”, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Melihat ini, media apapun bisa digunakan, termasuk yang berbahan kertas.

Oleh karena itu, tak perlu ada kerisauan di hati, apabila masih belum menguasai beragam teknologi pendidikan. Walaupun begitu, harus ada tekad yang bulat untuk tetap mempelajari. Karena bagaimanapun juga guru adalah seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik, guru harus belajar terus menerus. Dan tak mudah patah arang. Apalagi dengan alasan faktor usia.

Ingatlah perkataan John Dewey dalam konsep Long Life Education, pendidikan tidak hanya berlangsung selama seseorang belajar di lembaga pendidikan formal (sekolah). Tetapi pendidikan dapat diperoleh di luar pendidikan formal (masyarakat dan kehidupan sehari-hari maupun pengalaman). Pendidikan seumur hidup juga berarti suatu proses yang berkelanjutan. Konsep ini menekankan bahwa pendidikan seseorang akan terus berlaku atau diperoleh selama manusia itu hidup.

Dari konsep ini semakin terang benderang, bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak selalu memanfaatkan teknologi. Teknologi hanyalah opsi. Yang terpenting dia mampu mendorong siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya. Baik itu dalam bidang akademik maupun non-akademik. Sehingga dengan demikian menjadi bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan.

“Teruslah belajar dan berinovasi untuk generasi bangsa indonesia”.

Bojonegoro, 18 April 2021.

SendShareTweet

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

© 2022 Kabarpasti.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Olahraga & Hiburan
  • Ekonomi & Wisata
  • Kolom

© 2022 Kabarpasti.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist