BOJONEGORO – Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah pemeriksaan molekular yang dilakukan dengan metode amplifikasi atau memperbanyak materi genetik virus atau bakteri. Tes PCR sendiri dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit seperti halnya Covid-19 yang masih terjadi. Sayangnya di Kabupaten Kaya Minyak Bojonegoro belum memiliki Alat PCR ini, sehingga pasca pengambilan sampel swab test harus di bawa ke Surabaya.
Ketua LSM Angling Dharmo, Nasir sangat menyayangkan kondisi ini, dimana pihak Dinas Kesehatan ataupun RSUD Bojonegoro yang tak segera mengusulkan anggaran pengadaan PCR yang sangat dibutuhkan dimasa pandemi Covid-19 ini.
“Masa untuk beli PCR yang sekitar 1,5 M saja tidak dilakukan. Alat ini kan begitu mendesak bagi warga untuk mendeteksi kebenaran pasien positif atau negatif Covid-19,” ungkapnya kecewa, Jum’at (23/7/2021).
Menurut Ketua LSM kawakan di Bojonegoro ini, jika Dinas Kesehatan atau RSUD Bojonegoro segera memiliki tentu masyarakat akan sangat diuntungkan. Nasir menyebut, selama ini hasil swab test harus dibawa ke Surabaya untuk mengetahui hasilnya melalui Alat PCR dan biayanya lumayan mahal, sekitar Rp 975 ribu dan hasilnya juga menunggu 2 – 3 hari karena banyaknya antrian.
“Sangat-sangat kami sayangkan, dimana APBD Bojonegoro yang segunung, Triliyunan tapi tidak ada inisiatif mempunyai PCR sendiri untuk melayani rakyat dalam mengatasi wabah Covid-19 ini,” keluhnya.
Pria ini mengatakan, jika mempunyai PCR sendiri tentu biaya bisa lebih murah, imbasnya akan meringankan beban biaya rakyat Bojonegoro karena banyak prediksi ahli jika wabah ini belum diketahui kapan akan berakhir. Pihaknya menyarankan pihak Dinas Kesehatan ataupun RSUD Bojonegoro untuk tidak hanya bicara anggaran fisik saja yang di ajukan dalam perencanaan keuangan.
“Lucu dan menyakitkan, harusnya sudah punya di tahun kemarin, rakyat ini butuh pelayanan, butuh penanganan agar wabah ini segera berakhir,” tandasnya.(cipt)