BOJONEGORO – Terbukti, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mampu menjadi tulang punggung ekonomi nasional dalam situasi apapun, disamping dapat dilakukan siapapun meski dengan modal terbatas. Di Bojonegoro, mayoritas kegiatan UMKM berjalan organik, umumnya hanya dikerjakan individu atau anggota keluarga saja, sehingga omzet penjualan masih sangat lemah dan mayoritas hanya fokus pada kegiatan produksi.
Meski masyarakat kini berada di tengah era global dan terdapat kemudahan dalam pemasaran semisal hadirnya e-commerce, rupanya upaya peningkatan penjualan dirasa masih sangat berat tanpa manajemen administrasi dan pengelolaan yang baik.
Munculnya beberapa masalah ini menggerakkan Joko Hadi Susilo, S.E., M.E, seorang dosen mata kuliah Bisnis dan Komunitas semester 5 Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro memberikan tugas Pendampingan UMKM di Bojonegoro kepada mahasiswanya.
“Mahasiswa kita fokuskan pendampingan dengan perbaikan administratif pada UMKM sebagai outcome mata kuliah Bisnis dan Komunitas, hasil pendampingan akan dituangkan mahasiswa dalam bentuk laporan,” kata Joko Hadi Susilo, Sabtu (14/1/2023).
Seperti diketahui, UMKM di Bojonegoro cukup banyak jenisnya, mulai dari produksi makanan, minuman, konveksi hingga fashion. Seperti yang didampingi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bojonegoro ini, yakni UD. Sumber Rejeki di Desa Tikusan, Kecamatan Kapas yang dikelola Ibu Indah dengan memproduksi Tahu dan Tempe Embus.
“Usaha Tahu dan Tempe Embus yang saya produksi ini sudah berjalan cukup lama,” terang Ibu Indah.
Menurutnya, proses pembuatan hingga menjadi Tahu bisa memakan waktu hingga 2 hari, selanjutnya baru dijual ke pasar dan juga dibeli pelanggan di rumah produksi dalam kantong-kantong plastik.
Siti Alfiyana, mahasiswa semester 5 Prodi Ekonomi Pembangunan Unigoro mengungkapkan rasa bahagianya dengan pembelajaran pendampingan yang diberikan dosen pengampu.
Kelompok mahasiswa bisa mengamati langsung bagaimana penerapan strategi pengelolaan UMKM sehingga tetap eksis di pasaran, meski banyak kompetitor baru bermunculan.
“Bagi kami, output tugas pendampingan ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa juga UMKM dalam gambaran, ide maupun kontribusi pikiran khususnya aspek manajemen administrasi dan pengelolaan usaha,”terang Alfi.
Memaksimalkan profit bagi UMKM dengan analisis Break Event Point menjadi fokus pendampingan sesuai tugas masing-masing mahasiswa juga memfasilitasi perhitungan efisiensi produksi. Kedepan, diharapkan UMKM dampingan dapat terus mengembangkan sayapnya dengan terus meningkatnya omset produksi dan penjualan mereka. (vik/red)