BOJONEGORO – Upaya mengatasi kelangkaan pupuk di kalangan petani Bojonegoro dioptimalkan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Bojonegoro (STIT MUBO) kelompok 4 yang sedang mengabdi di Desa Jatiblimbing Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dengan Pelatihan Pembuatan Pupuk Jamur Keberuntungan Abadi (Jakaba) Super bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di desa setempat, Sabtu (7/1/2023).
Pelatihan pembuatan pupuk Jakaba bertempat di rumah Khamim, Ketua Gapoktan Desa Jatiblimbing ini di ikuti sekitar 55 peserta, bareng 12 mahasiswa serta 2 Dosen Pembimbing Lapangan.
Selaku Narasumber, Tim KKN menghadirkan Winarko, SP seorang praktisi dan profesional pertanian yang mengembangkan pupuk Jakaba asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
M. Fachrudin, Ketua TIM KKN Jatiblimbing menyampaikan hasil observasinya dimana mayoritas warga Desa Jatiblimbing berprofesi petani.
“Kita tahu pupuk saat ini sulit untuk didapatkan, kalaupun ada harganya mahal, maka kami berinisiatif mengenalkan pupuk Jakaba yang bisa menjadi solusi bagi warga disini,” ungkap Fachrudin.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia berakibat menurunnya kesuburan tanah. Dari situ, pupuk Jakaba diharapkan bisa cocok, karena terbuat dari bahan alami dan berasal dari alam sehingga tidak merusak lahan pertanian.
Secara detail disertai praktek, Winarko selaku narasumber nampak menjelaskan proses pembuatan pupuk Jakaba kepada peserta pelatihan. Mulai menyiapkan bahan dari Air hujan, Bekatul, Akar bamboo, Terasi, Molase, Kapur sirih dan Kecambah beserta peralatannya yakni Wajan, Tong besar, Kompor hingga Alat pengaduk.
Sambil mempraktekkan, Winarko melakukan proses pembuatan Pupuk Jakaba dengan menyiapkan wajan dan kompor, lalu merebus air hingga mendidih. Kemudian memasukkan dedak, molase, air kapur, dan terasi. Semua bahan diaduk hingga merata dan menunggu sampai mendidih lalu dinginkan.
Selanjutnya menyiapkan air hujan setengah tong, lalu masukkan bahan yang sudah direbus dan didinginkan kedalamnya. Mengaduknya hingga semua bahan tercampur lalu menutup dengan kain dan diikat tak terlalu rapat, kemudian didiamkan selama 40 hari dan pupuk Jakaba siap dimanfaatkan bagi lahan pertanian.
Sementara itu, Khamim sebagai Ketua Gapoktan Desa Jatiblimbing mengungkapkan rasa senangnya karena mendapat banyak ilmu dengan belajar bersama mahasiswa.
“Kami berharap pelatihan ini dapat ditindaklanjuti oleh PPL, semoga ada pelatihan berikutnya dimana teman- teman mahasiswa KKN juga dapat mendampingi,” harap pria ini.
Terlihat pula, Sinta (22 tahun) salah satu petani millenial asal Desa Jatiblimbing menuturkan pentingnya pelatihan ini.
“Pupuk saat ini sulit didapatkan, meski ada harganya juga sangat mahal, dengan pelatihan Pupuk Jakaba semoga kami dan petani bisa mengimplementasikannya di lapangan,” ungkapnya.
Disamping itu, pelatihan diharapkan memudahkan dan memberikan alternatif bagi petani di Desa Jatiblimbing untuk mulai menggunakan pupuk berbahan dasar organik. (*/shin/red)