SURABAYA – Dilansir dari Kompas.com, terkait membaiknya status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah Provinsi Jawa Timur. Tercatat hingga Senin, 20/9/21 tidak ada lagi daerah dengan status PPKM level 3, terlebih level 4.
Hal tersebut dinyatakan melalui keterangan tertulis gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa Selasa(20/9/21), “bahwa tidak ada lagi daerah level 3 dan level 4 di Jatim”.
38 daerah di Jawa Timur telah keluar dari PPKM level 4 dan 3, sesuai hasil asesmen situasi Covid-19 dari Kemenkes per 19 September 2021 yang dirilis 20 September 2021.
Dari jumlah 38 daerah, saat ini ada 19 daerah berstatus PPKM level 2 di Jawa Timur, dan 19 daerah lainnya berstatus level 1.
Disebutkan, daerah yang menyandang status PPKM level 1 diantaranya meliputi, Tuban, Sumenep, Situbondo, Sidoarjo, Sampang, Pasuruan, Pamekasan, Pacitan, Magetan, Lamongan, Kota Surabaya, Kota Pasuruan, Kota Kediri, Kota Batu, Kabupaten Kediri, Jombang, Jember, Gresik, dan Banyuwangi.
Sementara 19 daerah yang berada pada PPKM level 2 yakni, Tulungagung, Trenggalek, Probolinggo, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Madiun, Lumajang, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Blitar, Kabupaten Bondowoso, Bojonegoro, Blitar dan Bangkalan.
“Berdasarkan situasi Covid-19 di tingkat provinsi, Jatim masih menjadi satu-satunya provinsi di Pulau Jawa-Bali yang berada pada level 1,” terang Gubernur Khofifah.
Asesmen yang dilakukan Kemenkes tersebut, kata Khofifah, berdasarkan enam parameter yaitu kasus konfirmasi, rawat inap rumah sakit, kematian, testing, tracing, dan treatment.
Seperti kasus konfirmasi Jatim berada pada level 1 dengan angka 6,38 per 100.000 penduduk/minggu, rawat inap RS berada pada level 1 dengan angka 1,37 per 100.000 penduduk/minggu, serta tingkat kematian berada pada level 1 mencapai 0,42/100.000 penduduk/minggu.
Untuk testing berada di angka 147.912 tes/minggu. Sehingga positivity rate Jatim berada di angka 1,23%. Untuk tracing Jatim mencapai 16,72 rasio kontak erat/kasus konfirmasi/minggu.
“Dalam hal ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RS sudah mencapai 11,83%/minggu, jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60%,” ungkap Khofifah. (*/Ros/red)
Dikutip dari : Kompas Regional