BOJONEGORO – Pemerintah Indonesia mendorong implementasi program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP). IPDMIP mendorong pengelolaan irigasi secara integratif dan partisipatif dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional yang mengedepankan kemajuan sektor pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia. Program ini dilaksanakan 5 tahun dan akan memberi manfaat terhadap 4 juta petani penggarap dan pemilik lahan di 74 Kabupaten dalam 16 Provinsi. Total luas areal program melingkupi sawah beririgasi seluas 2,5 juta Hektar.
Sektor pertanian memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Pertanian 2014 tumbuh 4,18% dengan kontribusi sebesar 13,38% terhadap total perekonomian nasional. Ditahun itu juga, sektor pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2% dari total tenaga kerja. Jumlah penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69 % per tahun atau menurun dari 19,93 juta pada 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.
Dalam kurun 5 tahun (2010-2014), investasi di sektor pertanian primer baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2% dan 18,6% per tahun. Dengan pertumbuhan yang terus positif, tingginya nilai PDB Pertanian dan besarnya potensi ekonomi sektor ini, maka sektor pertanian merupakan sektor yang prospektif untuk memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional.
Di Kabupaten Bojonegoro ada Daerah Irigasi Pirang yang luasnya 1.347 Hektar, merupakan irigasi kewenangan Propinsi Jawa Timur sebagai penerima program, irigasi yang bermata air di Desa Sumberarum Kecamatan Dander ini memasuki tahun kedua dalam menerima program IPDMIP yang rencananya berjalan hingga 2024 nanti. Kegiatan 2019 telah rampung, mulai dari sosialisasi program, penelusuran jaringan, penyusunan Profil Sosial Ekonomi Teknik dan Kelembagaan (PSETK) dan penguatan kapasitas Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang melewati 3(tiga) kecamatan ini. Akhir tahun kegiatan infrastrukturpun terealisasikan dalam pembangunan saluran irigasi primer, sekunder dan tertier dengan jumlah dana hibah sebesar Rp. 800 juta. Selain pemberdayaan petani pemakai air irigasi, kegiatan infrastruktur juga memberikan kontribusi positif bagi 13 HIPPA yang ada.
Asngari selaku Ketua Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GHIPPA) Pirang Kiri saat ditemuai media ini, Sabtu(4/1/20) menyampaikan bahwa program IPDMIP di DI Pirang berjalan normal dan proyek infrastruktur sudah dapat dimanfaatkan dimusim hujan ini.
“Program berjalan normal dari awal tahun, Tim Pendamping, Pemdes, GHIPPA-HIPPA, masyarakat dapat bersama-sama melakukan kegiatan dalam suksesnya program yang bermanfaat bagi petani irigasi ini,”jelas mantan Kades ini.
Masih menurut Asngari, meski program berjalan baik, tapi menurutnya masih kurang dalam pelaksanaan kegiatan infrastruknya. Sebagai petani pemanfaat pelibatannya hanya sebatas tenaga kerja proyek dan GHIPPA-HIPPA masih belum diberikan kepercayaan mengerjakan proyek yang sedang berjalan. Kedepan Ketua GHIPPA ini berharap agar ada optimalisasi peran HIPPA dalam kegiatan pemberdayaan proyek fisik.
Sementara Ketua GHIPPA Pirang Kanan, Tjatur Prasetyo menyayangkan pengerjaan infrastrukturnya agak terlambat diakhir tahun. “Mungkin ini terkait waktu, sehingga GHIPPA-HIPPA dalam proyek pembangunan irigasi tak dilibatkan maksimal oleh UPT – PSDA Bengawan Solo,” jelasnya saat dikonfirmasi media ini.
Seperti diketahui bahwa kegiatan IPDMIP melibatkan pemerintah pusat melalui empat kementerian yaitu Kemen PUPR, Kementerian Perencanaan dan Pembanguanan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, serta melibatkan Balai/Balai Besar Wilayah Sungai dan Dinas-dinas terkait di Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi kegiatan program ini. Program ini juga mendapatkan dukungan dari Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD).(Kust/Red)