Kabar Pasti
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Kolom
    • Olahraga & Hiburan
    • Ekonomi & Wisata
    • Lensa Pasti
    • Video
No Result
View All Result
Kabar Pasti
No Result
View All Result
Home Desa & Budaya

Jengker Budaya “Meh Merdeka”, Lindungi Identitas Diri Budaya Bojonegoro

Tuesday, 19 July 2022 - 16: 00
Jengker Budaya “Meh Merdeka”, Lindungi Identitas Diri Budaya Bojonegoro

Jengker Budaya, Kajian Sor Keres

BOJONEGORO – Kajian Sor Keres pekan kedua bulan ini mengangkat tema “Jengker Budaya Meh Merdeka, Biadab untuk Beradab” yang dihadiri JFX Hoeri, budayawan kawakan asal Kota Tua Padangan, beserta beberapa seniman Bojonegoro, Selasa (19/7/2022).

Nampak begitu meriah, kajian hari ini juga menjadi ajang uri – uri budaya Jawa komunitas ini dengan tampilan Sindir Dingklik yang kian tersingkir dengan sajian khas kuliner Kambing Guling yang disajikan bagi peserta dan masyarakat yang datang dilokasi warkop legendaris Bu Tyok di Jalan dr Soeharso ini.

Ketua KSK, Dry Subagyo berkeinginan menjelang hari kemerdekaan ini, komunitasnya lebih bisa bersama- sama uri-uri budaya Jawa yang dirasa semakin tenggelam ditelan zaman.

Baca Juga

Kembangkan Potensi SDM dan Kearifan Lokal, Pemdes Mojoagung – Soko Study ke Gunung Kidul dan Semarang

Serbu Gedung DPR RI, Ribuan Perangkat Desa se-Indonesia Tuntut Masa Jabatan Tetap

JFX Hoeri dalam diskusi menyoal budaya Jawa. Mengisahkan Congres voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling (Kongres Pengembangan Kebudayaan Jawa) di Solo pada masa penjajahan Belanda dari 5 – 7 Juli 1928. Hingga , Kongres Budaya Jawa saat kemerdekaan Kongres 2014 ini melahirkan berbagai kesepakatan penting perihal budaya Jawa.

Menimpali, Yanto Munyuk yang juga seorang seniman mengatakan jika banyak identitas budaya khas Bojonegoro, seperti Sindir Dingklik. Sejenis pagelaran Tayub di tempat tetap. Dulu sangat melekat di utara Pasar Kota Bojonegoro juga Pasar Hewan Banjarejo.

“Seiring waktu, karena gerusan zaman, mereka mengamen dari satu tempat ke tempat lain, utamanya pasca panen,” terang Yanto Munyuk.

Tayub atau Sindir memang sudah melegenda di tiga Kabupaten bersebelahan ini, yakni Tuban, Bojonegoro dan Nganjuk. Bahkan pernah berjaya dimasa 1980 hingga 1990-an.

Sementara itu, Agus Sigro, budayawan Sandur dan Teaterikal Bojonegoro ini berharap Kajian Sor Keres mampu menjembatani pemangku kepentingan dengan berbagai kebutuhan dan kepentingan pengembangan budaya di Bojonegoro.

“Perlunya museum menyimpan benda purbakala, menyimpan replika budaya Bojonegoro, juga tempat silaturrahmi budayawan atau bahkan gedung kesenian,” harapnya.

Senada, Perda Pelestarian Seni Budaya yang sejak 2018 diterbitkan, masih belum mampu mengangkat eksistensi seni budaya Bojonegoro, ungkap Ketua Paguyuban Pramugari Tayub Bojonegoro,
Darminto.

Sedikit berbeda dengan kajian sebelumnya, Kambing Guling menjadi santapan menu makan siang peserta di hari Jengker Budaya Meh Merdeka pekan ini. Begitupun hadirnya Sindir Dingklik mewarnai kegiatan siang ini yang diikuti beksan hampir oleh semua peserta kajian dengan harapan besar seni tradisional ini tetap terjaga kelestariannya hingga nanti.(cipt/red)

SendShareTweet

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

© 2022 Kabarpasti.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Kebijakan
  • Hukum & Pemerintahan
  • Pendidikan & Kesehatan
  • Desa & Budaya
  • Olahraga & Hiburan
  • Ekonomi & Wisata
  • Kolom

© 2022 Kabarpasti.com

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist