BOJONEGORO – 16 bulan pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) telah melanda wilayah Kabupaten Bojonegoro. Sebagai langkah ikhtiar serta memohon doa kepada Tuhan yang maha kuasa, warga lingkungan RT 16 RW 02 Dukuh Plosolanang, Desa Campurejo menggelar Ritual Tolak Balak.
Ritual dan doa bersama memohon kepada sang Khaliq bertempat di halaman rumah salah satu warga setempat, Minggu(25/7/21). Dipimpin secara langsung sesepuh desa yakni K.H Muchid Husni, serta diikuti sejumlah warga, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Sesuai data yang dihimpun awak media kabarpasti.com, sejak munculnya pandemi hingga saat ini, jumlah warga di Desa Campurejo yang terkonfirmasi positif atau terpapar Virus Corona tercatat cukup banyak. Mulai yang dirawat (aktif), dinyatakan sembuh dan juga ada meninggal dunia.
Pada saat membuka ritual tolak bala dan doa bersama, K.H Muchid Husni menyampaikan rasa prihatin terkait munculnya wabah Virus Corona yang melanda seluruh pelosok nusantara. Pandemi tersebut juga telah memporak porandakan seluruh sektor kehidupan manusia di dunia.
Kendati demikian, pemerintah, TNI, Polri bersama seluruh lapisan masyarakat telah melakukan segala upaya guna mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Terima kasih disampaikan kepada seluruh warga, yang selama ini bersama-sama sepakat dan solid menggelar doa bersama, memohon kepada Allah Swt, agar wabah Virus Corona ini segera diangkat dari muka bumi, sehingga kita semua dapat beraktivitas secara normal kembali,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua RT 16 di Desa Campurejo, Sutrisno mengungkapkan gelaran doa bersama ini diinisiasi seluruh warga, guna memanjatkan dan memohon doa kepada Allah Swt, agar wabah Covid-19 segera berakhir.
Ia juga mengapresiasi seluruh kerjasama yang dilakukan warga RT 16, dalam mencegah hingga menangani dampak dari pandemi virus yang mudah menular ini.
“Kebersamaan dan kegigihan warga sangat patut diapresiasi, khususnya dalam hal penanganan warga terdampak atau yang terpapar Virus Corona, semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesehatan,” terang Ketua RT 16.
Doa bersama warga RT 16 RW 02 Desa Campurejo itu, nampak dari pantauan di lokasi terdapat sejumlah alat ritual, di antaranya bubur 7 (tujuh) warna, sayur (baca: adu tumpeng) 7 (tujuh) rupa, dan ada pala pendhem 7 (tujuh) jenis. Serta melempar kendil/kuwali sebagai tanda tolak bala.
Terpisah, Kepala Desa Campurejo, Edi Sampurno, S.Sos saat dihubungi melalui telepon selulernya menjelaskan, ritual doa bersama yang dilakukan warga merupakan bagian dari ikhtiar guna menghadapi masa pandemi yang hingga saat ini masih menyeruak.
“Hal itu sangat bagus dan merupakan dari upaya untuk memohon kepada sang Khaliq agar pandemi di muka bumi ini segera berakhir. Yang terpenting warga tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” tegas Edi.
Dirinya juga mengimbau serta mengingatkan seluruh warga, bahwa Virus Corona itu nyata adanya, meskipun tidak nampak mohon kepada masyarakat tidak menyepelekan, dan tetap patuhi protokol kesehatan.
“Lindungi diri dan sesama dari penularan virus corona dengan 5 M, menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas,” pungkasnya. (Ros)