BOJONEGORO – Di penghujung tahun 2020 di masa pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) para perajin Tempe dan Tahu yang berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, menjerit. Selain dampak akibat wabah yang telah berjalan 9 (sembilan) bulan, ditambah permasalahan harga kedelai yang sudah dua pekan ini mengalami kenaikan.
Kedelai merupakan bahan pokok yang digunakan para perajin tempe dan tahu. Di Kabupaten Bojonegoro ini, terdapat ratusan perajin tempe tahu yang terseber di 28 Kecamatan. Salah satunya yakni Ni’mah (31) warga Dusun Kendal, Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu.
Kesederhaan seorang perajin tempe asal Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro ini, seakan menjadi semangat dalam menjalankan usaha yang telah ditekuni selama bertahun-tahun. Siang hingga malam tak kenal lelah dalam menggeluti usahanya.
“Kalau harga kedelai naik rasanya sedih, sebab usaha tempe saya ini sangat bergantung dari harga kedelai yang merupakan bahan pokoknya,” ujar Ni’mah di tempat kerjanya.
Diungkapkan, bahwa harga kedelai saat ini mencapai Rp. 9.000 per kilogram. Setiap hari dirinya menghabiskan 100 kilogram kedelai untuk pembuatan tempe, harapannya semoga harga segera kembali normal.
“Masalahnya jadi repot, mau dikecilkan ukurannya atau dinaikkan harga tempenya khawatir tidak laku, jadi saat ini keuntungan yang diperoleh sangat mepet,” tungkasnya.
Di tempat terpisah, awak media kabarpasti.com mencoba menemui salah seorang pedagang kedelai yang juga melayani para perajin tempe dan tahu. Iwan N (43) warga Kelurahan Ledok Wetan, Kec/Kab. Bojonegoro, mengungkapkan bahwa kenaikan harga kedelai memang membuat resah para pelanggannya.
Pasalnya, kebutuhan kedelai para perajin selama ini cukup tinggi, hal tersebut sangat mempengaruhi penjualan hasil produksi. “Per kilogram kedelai naik sekira dua ratus rupiah,” katanya.
“Sejak harga kedelai naik, para pelanggan saya semuanya pada kebingungan, bagaimana cara menjual harga tempe dan tahu. Mau dikecilkan atau dinaikkan harga tempe atau tahunya mereka khawatir tidak laku. Meskipun naik, para perajin pengambilannya tetap, tidak ada penurunan,” terangnya.
Di akhir, kalau pasokan barang hingga saat ini tidak ada kendala, atau barang selalu ada. Namun, untuk harga hanya bisa mengikuti dari distributor, sebab kedelai ini barang dari luar negeri. Semoga saja harganya segera bisa turun, pungkasnya. (Cipto)