MBAH MANIS merupakan sosok leluhur atau yang biasa disebut tokoh pendahulu di sebuah wilayah (Desa), bahkan warga setempat meyakini bahwa keberadaannya itu sudah sejak ribuan tahun lamanya. Hingga saat ini nama tersebut menjadi kebanggaan bagi seluruh warga di Desa yang berada di tengah-tengah Kota Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Seiring berkembangnya zaman, sosok nama Mbah Manis, leluhur atau pendahulu di salah satu wilayah ini, secara oleh warga/penduduk setempat dengan sebutan Eyang Manis. Menurut kebanyakan dari mereka, keberadaannya merupakan cikal bakal kehidupan yang saat ini dirasakan nyaman bagi ribuan jiwa yang ada.
Dari cerita singkat salah satu tokoh adat, menyebutkan bahwa Eyang Manis adalah salah satu sosok yang mampu menjaga dan membuka aura bumi ciptaan Tuhan di mana wilayah tersebu di dalamnya terkandung kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Sehingga menjadikan tempat/wilayah tersebut menjadi nyaman bagi kehidupan yang berada di sekitar.
Jejak keberadaan Eyang Manis ini, telah ditemukan sejumlah warga/penduduk secara turun temurun, dari generasi ke generasi yang sangat peduli terhadap adat dan tradisi. Selain ditemukan makam dan petilasan, yang saat dijadikan tempat sakral serta di sekitarnya dijadikan pemakaman umum, warga setempat juga melakukan Haul atau peringatan kematian pada setiap tahunnya, guna mendoakan ahli kubur agar seluruh amal ibadah diterima Allah SWT, juga dapat diteladani kebaikannya.
Kini, selain menjadi tempat pemakaman umum, nama Eyang Manis tersebut juga diabadikan sebagai nama akses jalan menuju lokasi makam. Mungkin sudah tak asing bagi sebagian besar warga yang mengenalnya, terlebih tidak sulit untuk mencari lokasi yang sangat akrab bagi masyarakat di Kabupaten Bojonegoro.

Kearifan lokal, sebagai bentuk dan wujud menghormati leluhur terkait adat dan budaya, sesuai cerita tokoh adat di wilayah tersebut, warga memperingati Haul yang telah disepakati dilaksanakan pada hari jawa Kamis Pahing pada setiap 1 bulan setengah (selapan hari). Dan untuk peringatan rutin setiap tahun, dilaksanakan pada Kamis Pahing bulan Muharram, yang biasanya dirangkai dengan peringatan Sedekah Bumi atau Nyadran dan berbagai kegiatan sosial.
Eyang Manis sebagai leluhur dan pendahulu desa, yang memiliki 3 (tiga) pedukuhan/dusun, di antaranya meliputi Dusun Pohagung, Plosolanang, dan Mlaten tergabung menjadi satu wilayah yakni Desa Campurejo, yang berada di tengah-tengah pusat Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. Di sebelah Utara, berbatasan secara langsung dengan wilayah Kabupaten Tuban yang dipisahkan oleh aliran sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo.
Kesakralannya menjadi semangat seluruh penduduk di desa tersebut, sehingga dianggap perlu untuk melestarikan adat dan tradisi lokal, khususnya sebagai bentuk serta wujud rasa syukur kepada sang Khaliq atas berkah di muka bumi, yang telah memberikan manfaat, kesejahteraan bagi seluruh kehidupan.
Tak sedikit, para peziarah yang datang dari berbagai daerah, saat berada di sana (Makam Eyang Manis) menggelar tahlil dan doa bersama, kepada Allah SWT.
Bersambung…….
Penulis: Penggiat Kearifan Lokal
Editor: DeBe
Kontributor: Tokoh Adat Desa