Oleh : Diding Sukowiradi*)
Lagi-lagi, Anna Muawanah, Bupati Bojonegoro, bikin “kejutan”. Setelah ada dugaan persekusi, terhadap seorang warganya–dengan status ODP–yang memviralkan minimnya fasilitas tempat isolasi. Kini, dugaan “persekusi” tersebut, ditujukan ke Baperjakat.
“Semua keputusan mutasi diambil sendiri. Tak sekali pun, pernah melibatkan Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan”, ujar Wakil Bupati, Budi Irawanto. Dan ini, lanjut Wabup, sudah delapan kali dilakukan, sejak menjabat Bupati, dua tahun lalu.
Rabu pagi, 29 April 2020, mutasi dilakukan di Pendopo Kabupaten Pemda setempat. Barangkali, ini sebuah rekor tersendiri, yang perlu menjadi catatan, bagi “prestasi” pejabat publik.
Model kepemimpinan “one women show” seperti ini, menjadi bisik-bisik tak sedap. Menu pokok perbincangan, buat khalayak ramai di kota minyak, di Jawa Timur, ini. Jangan-jangan–dan ini sah-sah saja– orang pun berspekulasi liar. “Apakah ada bau “amis” dibalik mutasi ini?”.
Kenapa, ketika semua pihak, lagi dituntut rasa kebersamaan dan kerjasamanya, seperti saat ini. Dan semua orang lagi fokus menangkal pandemi Covid 19, justru dilakukan mutasi? Seberapa penting kebijakan tersebut, harus dieksekusi saat ini? Apakah itu bentuk kebutuhan mendesak, rotasi dan penyegaran para pejabat daerahnya? Banyak kalangan yang meragukan dan sekaligus bertanya-tanya.
Ternyata, tak cuma efek kejut, yang membuat berkerut kening warga setempat. Efek “getar” pun tercipta. Bantuan sosial (Bansos) buat warga pun disunat. Siapa pelaku penyunatan ini? Belum jelas betul. Yang pasti, “beras yang semestinya berisi 3 kg, cuma terisi 2,7 kg. Setiap paket, berkurang 3 ons”, ujar Budi, saat sidak mendadak.
Padahal, terkait Bansos ini, Presiden sudah mewanti-wanti betul. Bahkan KPK pun telah menggaris bawahi. Bansos mesti tepat sasaran. Baik orang dan jumlah (takarannya). By name by address. Agar tak kliru, dan membikin gaduh ditengah masyarakat.
Ancaman hukumannya berlaku seperti para koruptor, hingga hukuman mati. “Jika ada pihak yang merasa dirugikan dan mengetahui tidak tepatnya bansos, harap melapor”, begitu imbau Presiden.
Dan thread (tulisan) ini, guna memenuhi, imbauan tersebut.
Jadi, sampai kapan kesemrawutan, ini akan berakhir? Atau, kita hanya bisa pasrah bongkokan, membiarkan efek kejut dan getar, saling balapan mendahului?
Entahlah, saya cuma bagian untuk ikut menyuarakan. Tapi yang sudah pasti, di kota kelahiran ini, sudah mulai jatuh korban positip Covid-19. Dan itu, sangat disayangkan, jika semua akibat dari salah kebijakan dan pengelolaan penanganan pandemi ini.
Dan itu, efek dari model kepemimpinan one women show tersebut? (*/Red)
*) Penulis adalah warga asli Bojonegoro yang tinggal di Jakarta