BOJONEGORO – Getuk atau jajanan tradisional merupakan salah satu kuliner sekaligus kearifan lokal milik bangsa indonesia yang sangat digemari banyak orang. Hampir seluruh wilayah di Nusantara ini memiliki makanan/jajanan khas.
Di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro terdapat berbagai macam kuliner jajanan khas. Meskipun getuk ada diberbagai daerah, namun di sini juga memilik jajanan semacam getuk yang sangat diminati yakni Lupis.
Seperti yang setiap hari dijual keliling dengan berjalan kaki oleh seorang pedagang getuk asal Desa Kendal, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Selain menjual getuk ketela, selama 21 tahun juga menjajakan blendung dan gendar.
Sejak tahun 2000 lalu, Rukani (59) menjajakan getuk buatannya dengan berjalan kaki keliling, dari desa ke desa, hingga di sekitar wilayah Kabupaten Bojonegoro. Hampir semua pelanggan yang menggemari lupis, gendar, blendung dan getuk mengenalnya.
Dari sekian banyak jumlah pedagang keliling, mulai yang menjual makanan hingga barang, Rukani adalah salah satu pedagang yang masih menggunakan gaya khas tradisional. Dengan berbusana khas Jawa memakai kebaya dan jarit, berbekal Rinjing, Anting dan Tampah, setiap hari ia menyusuri jalan, lorong dari rumah ke rumah untuk menjemput rezeki.

“Alhamdulillah, setiap hari dagangan selalu habis dibeli para pelanggan. Namun harus telaten berkeliling,” ujar wanita tua seraya tersenyum.
Kendati demikian, ternyata mbah Rukani ini juga memiliki suka duka saat menjalani aktivitas keseharian. “Apa bila tidak tepat memilih dan memperoleh jenis ketela, hasil olahan getuk tidak bagus alias lembek, sehingga nggak bisa dijual”.
Tak ada kata menyerah dan pasrah, selama pandemi Covid-19, ia tidak pernah berhenti beraktivitas, tetap berjualan dan keliling dengan mematuhi protokol kesehatan, yakni memakai masker, dan selalu membawa tempat cuci tangan.
Menjalani hidup bagi mbah Rukani, yang terpenting hanyalah semangat serta selalu sabar tanpa batas. Dari Kendal berjalan kaki, menyusuri jalan Desa Semanding, Sambiroto, Ngampel hingga di Kota Bojonegoro. (Cipto)