BOJONEGORO – Proyek pekerjaan dengan nilai miliaran rupiah yang biayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Direktorat Jenderal SumberDaya Air Balai Besar Sungai Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ambrol tergerus air.
Peristiwa ambrolnya Tembok Penahan Tanah (TPT) bangunan baru tersebut terjadi pada hari Sabtu, 11 Desember 2021 malam hari. Saat itu di wilayah tersebut diguyur hujan deras selama dua jam lebih dengan intensitas yang cukup tinggi. Menurut keterangan warga sekitar, TPT tersebut adalah pekerjaan atau proyek baru namun telah mengalami ambrol dua kali.
Diketahui, TPT yang ambrol akibat derasnya aliran air itu berada di sekitar DAM Klepek. Data yang dihimpun dari papan informasi proyek, pekerjaan tersebut yakni rehabilitasi bendung Kelpek D.I Pacal di Kabupaten Bojonegoro Tahap 1. Dengan kontraktor PT Hasta Prajatama yang beralamat di jalan Lingkar Timur No. 1, Kemiri, Sidoarjo, dan konsultan pengawas yakni CV Intishar Karya, alamat jalan Manyar Rejo V/53 Surabaya.
Pada papan informasi proyek juga tercantum nilai kontrak sebesar Rp. 6.944.926.963,70, waktu pelaksanaan 210 hari kalender, mulai kontrak tanggal 30 April 2021, sumber dana APBN Tahun 2021.
Rabu, 15/12/21 awak media yang berada di lokasi ambrolnya TPT, ditemui seorang bernama Ghaib (68) warga setempat. Dari keterangan yang disampaikan bahwa kejadian longsor atau ambrolnya tembok penahan itu saat wilayah Sukosewu diguyur hujan deras.

“Bangunan ini ambrol pas hujan deras yang terjadi pada hari Sabtu pekan lalu. Tidak banyak orang tahu, sebab kejadiannya malam hari dan hujannya lumayan agak lama,” katanya.
Sementara itu, Ali (45) yang juga warga di wilayah Kecamatan Sukosewu mengungkapkan bahwa bangunan TPT pada proyek rehabilitasi bendung Klepek D.I Pacal ini terhitung telah dua kali mengalami ambrol.
“Ambrolnya TPT itu tidak hanya sekali, namun berapa waktu yang lalu, setelah tiga hari dikerjakan juga sempat ambrol, entah karena diterjang arus air atau kualitasnya yang kurang bagus,” terangnya.
Warga sekitar khususnya yang berdekatan dengan lokasi yang longsor dan ambrol, hingga saat ini merasa cemas dan tak jarang yang mengeluhkan bangunan tersebut. Seolah kontraktor dan konsultan pengawas tidak menjaga mutu dan kualitas pengerjaan proyek tersebut.
“Semua pekerja tidak ada satu pun dan alat-alatnya sudah diangkut semuanya pada awal Desember lalu. Seingat saya pekerjaan ini juga belum serah terima,” pungkas Ali. (Cipto)
alam/hujan/banjir selalu dijadikan kambing hitam atas rusaknya bangunan di sungai/pengairan (TPT) itu menurut sy sebenarnya alasan klasik meskipun kenyataannya mungkin tdk benar begitu juga, bisa jadi mungkin memang konstruksinya itu sendiri yg kurang bagus/tdk sesuai dgn perencanaan
Kalau faktor alam sebagainya alasannya.. Ok.. Kita terima.. Tp kalau boleh kita jujur.. Kwalitas dari badan bangunan itu harus di pertanyaan kan sesuai kah dengan spek.. Dan sesuai kah dengan MOU yang telah di sepakati bersama…